JAKARTA, BACAPESAN.COM – Gangguan produksi yang terjadi di Kazakhstan dan Libya, membuat harga minyak melambung sekitar 2 persen, Kamis. Hal ini memperpanjang reli tahun baru.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melonjak USD1,19 atau 1,5 persen, menjadi USD81,99 per barel, setelah mencapai level tertinggi sejak akhir November.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melesat USD1,61 atau 2,1 persen, menjadi USD79,46 per barel. Kontrak WTI melejit setingginya USD80,24 pada sesi tersebut. Demikian mengutip laporan Reuters, di New York, Jumat, 7 Januari 2021 pagi.
Rusia mengirim pasukan terjun payung ke Kazakhstan untuk membantu menghentikan pemberontakan di seluruh negeri setelah aksi kekerasan mematikan yang terus menyebar di bekas negara Soviet itu.
Tidak ada indikasi bahwa produksi minyak di Kazakhstan terpengaruh sejauh ini. Negara itu memproduksi sekitar 1,6 juta barel minyak per hari.
Sementara itu di Libya, produksi minyak berada pada posisi 729.000 barel per hari, tutur National Oil Corp, turun dari setingginya lebih dari 1,3 juta barel per hari tahun lalu, karena pemeliharaan dan penutupan ladang minyak.
Harga reli sejak awal tahun meski OPEC Plus berpegang teguh pada kenaikan target produksi yang disepakati dan lonjakan stok bahan bakar Amerika.
“Produksi OPEC , meski meningkat, mengecewakan pasar – itu tidak akan cukup untuk memenuhi permintaan,” kata Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago.
OPEC Plus, kelompok yang mencakup anggota Organisasi Negara Eksport Minyak, Rusia dan produsen lainnya, Selasa, sepakat untuk menambah pasokan 400.000 barel per hari Februari, seperti yang dilakukan setiap bulan sejak Agustus ketika secara bertahap melonggarkan pemotongan 2020 karena permintaan mulai pulih kembali dari pandemi.
Namun, peningkatan produksi OPEC pada Desember kembali menggarisbawahi kenaikan yang direncanakan berdasarkan kesepakatan OPEC Plus, berdasarkan survei Reuters , Kamis, menyoroti kendala kapasitas.
JP Morgan memperkirakan harga rata-rata Brent di posisi USD88 per barel pada 2022, naik dari USD70 tahun lalu.
“Kasus referensi kami sekarang mengasumsikan aliansi tersebut akan sepenuhnya menghapus sisa 2,96 juta barel per hari dari pengurangan produksi minyak pada September 2022,” kata analis JP Morgan.
Data pemerintah yang dirilis Rabu menunjukkan persediaan bensin AS melonjak lebih dari 10 juta barel pekan lalu, kenaikan mingguan terbesar sejak April 2020, karena pasokan di pengilangan akibat berkurangnya permintaan bahan bakar.
Persediaan minyak mentah di Amerika Serikat, konsumen utama dunia, turun selama enam minggu berturut-turut pada akhir tahun menjadi 417,9 juta barel, terendah sejak September, data menunjukkan.
Sementara itu, eksportir minyak utama dunia, Arab Saudi, memangkas harga jual resmi untuk semua jenis minyak mentah yang dijualnya ke Asia pada Februari setidaknya USD1 per barel, ungkap narasumber. (fin/*)