BANGLADESH, BACAPESAN.COM – Api menyapu kamp pengungsi Rohingya di tenggara Bangladesh pada hari Minggu, menghancurkan ratusan rumah, menurut pejabat dan saksi, meskipun tidak ada laporan segera mengenai korban.
Kebakaran melanda Camp 16 di Cox’s Bazar, sebuah distrik perbatasan tempat lebih dari satu juta pengungsi Rohingya tinggal, dengan sebagian besar telah melarikan diri dari tindakan keras yang dipimpin militer di Myanmar pada 2017.
Mohammed Shamsud Douza, seorang pejabat pemerintah Bangladesh yang bertanggung jawab atas pengungsi, mengatakan pekerja darurat telah memadamkan api. Penyebab kebakaran belum dapat dipastikan, tambahnya.
“Semuanya hilang. Banyak yang tidak memiliki rumah,” kata Abu Taher, seorang pengungsi Rohingya.
Kobaran api lain mengoyak pusat perawatan Covid-19 untuk pengungsi di kamp pengungsi lain di distrik itu Minggu lalu, tidak menimbulkan korban jiwa.
Kebakaran dahsyat Maret lalu menyapu pemukiman pengungsi terbesar di dunia di Cox’s Bazar, menewaskan sedikitnya 15 pengungsi dan membakar lebih dari 10.000 gubuk.
Perkiraan jumlah pengungsi Rohingya yang tinggal di Cox’s Bazar berkisar dari 800.000 hingga lebih dari 900.000, menurut Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi dan Save the Children.
Sebagian besar pengungsi telah melarikan diri dari penganiayaan di negara tetangga Myanmar.
Pada tahun 2016 dan 2017, militer Myanmar meluncurkan kampanye pembunuhan dan pembakaran brutal yang memaksa lebih dari 740.000 orang minoritas Rohingya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh, mendorong kasus genosida untuk didengar di Mahkamah Internasional. Pada tahun 2019, PBB mengatakan “pelanggaran berat hak asasi manusia” oleh militer masih berlanjut di negara-negara etnis Rakhine, Chin, Shan, Kachin dan Karen.
Myanmar membantah tuduhan genosida, dan mempertahankan “operasi pembersihan” oleh militer adalah tindakan kontra-terorisme yang sah. (cnn/*)