JAKARTA, BACAPESAN.COM – Mayoritas ulama berpendapat, Salat Dhuha yang paling Afdal dikerjakan sekitar pukul 09.00 WIB keatas.
Sebab para ulama mengatakan waktu yang utama itu setelah seperempat waktu siang terlewati atau ketika sinar matahari mulai menyengat.
Zumhur Ulama ini berdasarkan hadits sahih, dari Zaid bin Arqam, sesungguhnya Nabi SAW bersabda:
”Sholat awwabin (dhuha) itu ketika sinar matahari sudah menyengat.” (HR Muslim)
Ganjaran pahala salat Dhuha:
Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha).Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.”
(HR. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no. 1451 . Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Penulis ‘Aunul Ma’bud –Al ‘Azhim Abadi- menyebutkan, “Hadits ini bisa mengandung pengertian bahwa shalat Dhuha akan menyelematkan pelakunya dari berbagai hal yang membahayakan.
Bisa juga dimaksudkan bahwa shalat Dhuha dapat menjaga dirinya dari terjerumus dalam dosa atau ia pun akan dimaafkan jika terjerumus di dalamnya. Atau maknanya bisa lebih luas dari itu.”
Salat Dhuha mendapat pahala setara pahala haji dan umrah.
“Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh.”
Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi no. 586. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Dalam hadis lain juga dijelaskan keutamaan lain dari salat Dhuha. Yakni setara dengan bersedeqah.
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
“Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah.”
“Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at” (HR. Muslim no.720).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri kadang mengerjakan sholat dhuha 4 rakaat.
Tetapi beliau pernah melaksanakan shalat dhuha hingga 8 rakaat. Ini sesuai dengan hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berikut:
Dari Ummu Hani’ binti Abi Thalib, ” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengerjakan sholat dhuha sebanyak 8 rakaat. Pada setiap dua rakaat, beliau mengucap salam.” (HR. Abu Dawud). (fin/*)