MAKASSAR, BACAPESAN.COM– Cepat dan mudah, iming iming inilah uang menjadi awal mula Daeng Lewa terhasut dan memutuskan mengambil pinjaman dari rentenir.
Bukan tanpa sebab pria paru baya ini memutuskan mengambil pinjaman, usahanya pincang, pekerjanya di berhentikan satu persatu. tak ada yang berpikir membeli furniture di kondisi pandemi seperti setahun silam. Jangankan membeli furnitur, semua orang ketakutan, diam di rumah satu satunya solusi pemerintah saat itu.
Pinjaman yang Daeng Lewa ambil sebenarnya tak banyak, sekitar 5 juta, hanya agar usaha yang dirintisnya 6 tahun silam bertahan, sebab usaha tanpa modal bak orang tanpa nyawa. Namun bukannya menjadi solusi, pinjaman tersebut menjadi bumerang, semakin hari semakin membengkak dengan bunganya di luar nalar.
“Waktu itu saya mengambil pinjaman karena memang kepepet, tapi baru tiga bulan saya kaget sekali karena bunganya sangat tinggi,” ujar Daeng Lewa, Jumat (28/1/2022) lalu.
Keinginan Daeng Lewat membangun kembali bisnisnya pupus, dirinya terlilit utang, penagihnya pun tak segan, beruntung ada sanak keluarga yang memberinya solusi agar keluar dari jeratan utang.
“Untung ada keluarga yang membantu saya waktu itu, saya tidak tau lagi mau bagaimana,” ucap Daeng Lewa mengenang.
Berbekal informasi dari sanak keluarganya tersebut, Daeng Lewa kemudian menyambangi Pegadaian terdekat dan mengajukan pinjaman Ultra Mikro (UMi)
Layanan UMi sendiri merupakan pendanaan dari pemerintah yang dipercayakan kepada Pusat Investasi Pemerintah (PIP) yang telah berjalan sejak tahun 2014.
Layanan UMi ini sangat bermanfaat bagi Daeng Lewa sebab dirinya tidak bisa mengambil pinjaman dalam bentuk KUR di Bank.
“Pinjaman UMi sangat mudah di peroleh cukup KTP, dan keterangan tidak sedang menerima KUR. Karena UMi ini memberikan pinjaman maksimal Rp.20 juta, maka saya memutuskan meminjam Rp.15 juta. Sekitar Rp 8 juta saya gunakan membayar pinjaman saya ke rentenir dan lebihnya saya gunakan untuk memulai kembali usaha saya,” bebernya
Kepala Divisi Sistem Informasi dan Teknologi Badan Layanan Pusat Investasi Pemerintah, Dikta Permana mengungkapkan, keberadaan rentenir di suatu daerah merupakan tantangan berat dalam. Upaya membuka akses permodalan bagi masyarakat. Olehnya diperlukan kesadaran masyarakat terkait pentingnya memilah layanan permodalan.
“Tantangan penyaluran program UMi adalah para rentenir yang ada di daerah tersebut, mereka kerjanya cepat satu jam pinjaman langsung cair. Ini tantangan terberat untuk membantu masyarakat bawah mengakses permodalan,” pungkasnya.
Kini Daeg Lewa sudah bisa bernafas lega berkat bantuan Umi. Meski Covid belum usai, usaha furniturnya kembali berjalan, utang di rentenir juga telah terbayar dan sangat mudah menyelesaikan pinjaman UMi sebab tak begitu banyak bunga seperti rentenir.
Di Sulawesi Selatan sendiri, total ada 98.792 debitur di tahun 2020 dengan total penyaluran lebih dari Rp340 Milyar, sedang di tahun 2021 jumlah debitur sebanyak 67.008 dengan jumlah penyaluran Rp246 Milyar lebih. (*)