MAKASSAR, BACAPESAN.COM – Tren kasus Covid-19 di Kota Makassar dalam beberapa hari terakhir mengalami lonjakan, cukup membuat khawatir. Salah satu sektor yang dinilai perlu diwaspadai yakni sektor pendidikan. Saat ini pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen tetap digelar di tengah ancaman virus Covid-19 varian Omicron.
Ahli epidemiologi dari Universitas Hasanuddin, Ansariadi telah memperingatkan kemungkinan terjadinya lonjakan kasus anak menyusul meningkatnya jumlah kasus baru Covid-19 dalam sepekan terakhir ini.
“Anak-anak jadi rentan karena sekolah aktif, kami khawatir jumlah kasus meningkat pada anak-anak karena mereka kembali ke sekolah dan belum divaksin secara keseluruhan,” ucap Ansariadi.
Oleh karena itu, kata dia, diperlukan pengawasan lebih ketat dan vaksinasi yang lengkap bagi setiap individu,
“Makanya perlu upaya vaksinasi. Kami di bagian surveilance (pengawasan) untuk monitoring, apakah terjadi kenaikan kasus pada anak sekolah,” jelasnya.
Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Wachyudi Muchsin meminta agar PTM kembali dievaluasi. Dia berharap, pemerintah kota mempertimbangkan lagi pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau paling tidak kembali memberlakukan pembelajaran gabungan antara daring dan luring.
“Kewaspadaan ini hal utama yang harus diperhatikan. Kemarin ada yang dilonggarkan termasuk PTM langsung, ini harus dievaluasi bahwa sudah harus dipikirkan kembali belajar online sambil menunggu kondisi stabil. Bisa dibuat hybrid,” jelasnya.
Wali Kota Makassar, Mohammad Ramdhan ‘Danny’ Pomanto mengatakan pihaknya belum bisa mengambil keputusan terkait hal tersebut. Alasannya, ketentuan itu harus mengacu pada kebijakan dari pemerintah pusat.
“Ini sudah kebijakan nasional, kalau ada kebijakan seperti itu pasti kami sampaikan,” ucap Danny.
Menurut dia, dalam mengambil keputusan mengenai pembelajaran hybrid, ada sejumlah tolok ukur yang perlu dipertimbangkan. Termasuk mengacu pada ketentuan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di tiap daerah.
“Itu ada semua nilai-nilainya. Semua akan diukur, misalnya positivity rate-nya, itu ada ukuran nasional. Jadi yang menentukan PPKM naik itu nasional, bukan kami,” pungkasnya.
Kepala Dinas Pendidikan Makassar, Muhyiddin mengatakan, opsi PJJ secara penuh akan menjadi langkah terakhir yang akan ditempuh. Pertimbangan ini dilakukan agar siswa tak tertinggal dalam pembelajaran. Sebab, PJJ cukup menghambat proses belajar.
Bila dalam sebuah kelas ada siswa yang terkonfirmasi positif, kata dia, maka hanya kelas tersebut yang akan ditutup.
“Kami akan buat pemetaan untuk kelas, kalau di situ ada (positif) maka hanya itu yang kami tutup,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi penularan, siswa akan diberi pelatihan melalui program dokter kelas. Satu siswa akan bertindak sebagai pemantau kondisi kelas untuk dilaporkan secara sistematis ke pemerintah kota.
“Jadi mereka akan diberi pelatihan, diberikan handphone dan dia secara sistematis lapor ke BPBD, ada aplikasinya,” lanjutnya.
Dalam waktu dekat, tes kesehatan massal ke siswa juga akan dilakukan untuk memantau kondisi mereka.
“Kami masih akan koordinasi dengan Dinas Kesehatan, apakah mau pakai GeNose atau antigen,” pungkas Muhyiddin.
Dalam beberapa hari terakhir, tren kasus Covid-19 aktif di Kota Makassar dilaporkan perlahan meningkat. Hingga 5 Februari 2022, diketahui sebanyak 295 orang terkonfirmasi positif Covid-19. (*)