MAKASSAR, BACAPESAN.COM – Dua Kandidat calon ketua DPD Demokrat Sulsel, Ilham Arief Sirajuddin (IAS) dan Ni’matullah (Ulla) terus melekat di Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) selama berada di Kota Makassar.
AHY tiba di Makassar pada Selasa petang (15/2/2022). IAS dan Ulla beserta pengurus Partai Demokrat Sulsel menjemput orang nomor satu di partai berlambang Mercy ini di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Dari bandara, rombongan menuju tempat penginapan di Hotel Claro.
Malam harinya, AHY dijamu makan malam disalah satu restoran lalu melanjutkan makan durian di Jalan Sngai Saddang. Untuk dua acara ini, pelaksana tugas Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman bertindak sebagai sahibulbait.
Pada Rabu pagi (16/2/2022) IAS dan Ulla kembali AHY menghadirkan seminar atau kuliah umum di Universitas Negeri Makassar (UNM). Pada malam harinya, keduanya juga terlihat menemani ABH saat bertemu sekaligus bincang santai dengan para selebgram Kota Daeng di Hanggar Talasalapang.
AHY mengawali aktivitasnya di pagi kedua di Makassar, dengan olahraga lari di Anjungan Pantai Losari dan Center Point of Indonesia (CPI), Kamis (17/2/2022). Aktivitas anak sulung mantan Presiden Susilop Bambang Yudhoyono ini ditemani oleh kader Demokrat, khususnya yang duduk di legislatif DPRD Provinsi Sulawesi Selatan. IAS dan Ulla juga tidk tinggal diam di acara itu. Keduanya tetap setia di samping AHY.
AHY mengatakan, IAS dan Ulla adalah kader terbaik Partai Demokrat. “Beliau berdua memiliki pengalaman dan kapasitas untuk membesarkan Partai Demokrat,” kata dia.
Untuk menjaga keretakan di internal Partai Demokrat, AHY menyebutkan dalam setiap organisasi sangat dinamis dan punya anggaran dasar dan rumah tangga yang patut dijalankan.
“Organisasi selalu dinamis. Partai manapun punya mekanisme yang konstitusional dan demokratis,” ujarnya.
AHY mengaku pertemuan IAS dan Ulla akan diatur oleh Tim Tiga, sebelum menentukan siapa yang layak menakhodai Demokrat Sulsel. “Siapapun terpilih pasti memiliki komitmen. Yang lainnya akan memberikan dukungan,” imbuh dia.
Adapun Ni’matullah mengatakan walau kedatangan AHY di kota Makassar tidak dalam kaitan dengan partai politik, namun dirinya berupaya mendampingi selama dua hari.
“Itu kewajiban kami sebagai kader untuk mendampingi sekaligus menjaga marwah partai,” ujarnya.
Ulla mengaku tidak pernah menyinggung soal penetapan ketua Demokrat Sulsel. Keberadaannya di samping AHY murni karena tanggung jawab sebagai kader Demokrat.
“Tidak ada lobi-lobi. Kami tidak ada bicara soal itu,” imbuh Wakil Ketua DPRD Sulsel ini.
Adapun IAS mengatakan sebagai kader dirinya wajib mendampingi ketua umum bila berada di Kota Makassar. “Terlepas dari segala-galanya, dia sosok yang menjadi kebanggaan kami,” ujar IAS.
Soal pendekatan untuk mendapatkan restu menjadi ketua DPD Demokrat Sulsel, mantan Wali Kota Makassar ini menyebutkan tidak melakukan hal itu. Menurut dia, proses Musda dan uji kelayakan sudah dilakukan. Pada tahapan itu, kata IAS, dirinya telah memberikan gambaran Partai Demokrat Sulsel bila diberi amanah.
Hanya saja, kata IAS, AHY memiliki catatan atas tekadnya untuk meraih kursi di DPR RI, DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten/kota. “Pada Pemilu 2024 juga mau mengambil peran di Pilpres dan Pilkada. Tinggal beliau bisa yakin akan upaya itu,” ujr IAS.
Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Makassar, Andi Luhur Prianto mengatakan tidak ada kunjungan yang tidak politis, apalagi dilakukan oleh orang sekaliber AHY yang punya agenda-agenda politik strategis dan jangka panjang.
“Mungkin kunjungan politiknya tidak bersifat formal, tetapi agenda-agenda politik tetap saja ada di balik kunjungan yang berbalut kegiatan akademik,” katanya.
Menurut dia, dinamika Partai Demokrat di Sulsel ini perlu penanganan dan pengambilan keputusan yang tepat. “Kuatnya rivalitas calon ketua DPD, membuat AHY perlu pendekatan-pendekatan informal kepada kedua belah pihak, sebelum mengambil keputusan,” ujarnya.
Seperti halnya Pemilihan Ketua DPD Demokrat Jatim, penentuan ketua DPD Demokrat Sulsel juga perlu pertimbangan yang matang. Terutama untuk mengantisipasi ekses keputusan, yang pasti tidak dapat memuaskan semua pihak.
“Ujian penting kepemimpinan bagi AHY. Keputusannya akan menentukan masa depan elektoral partai dan pribadinya,” lanjutnya.
Menurut dia, politik modern sudah identik dengan citra dan kemasan. Semua hanya gimmick, tidak ada lagi autentisitas atau ketulusan dalam perilaku. “Para calon ketua DPD dan tim pendukungnya wajar saja memberi sambutan terbaik bagi ketua umumnya. Pun sebaliknya, Ketum AHY pun membalas semua penerimaan itu dengan harapan-harapan baru pada kedua kubu,” bebernya.
Luhur juga menyebutkan Partai Demokrat ini terlalu lama mengelola dinamika internalnya.
“Sementara kompetitor dari partai lain sudah bekerja dengan kepemimpinan dan kerangka kerja pemenangan yang terukur menuju 2024,” ujar dia. (*)