Ngabalin Minta IAS Balik ke Golkar

  • Bagikan

MAKASSAR, BACAPESAN.COM – Simpati kepada Ilham Arief Sirajuddin terus mengalir pascatak terpiih jadi ketua Partai Demokrat Sulsel. Selain tawaran pindah partai yang berdatangan, IAS juga disarankan untuk kembali ke Partai Golkar.

Hal itu disampaikan oleh tenaga ahli di kantor staf kepresidenan, Ali Mochtar Ngabalin bertemu dengan IAS. “Lebih baik kembali saja ke Golkar,” kata Ngabalin di sela-sela silaturahmi keduanya, Senin malam (4/4/2022).

Mantan anggota DPR RI periode 2004-2009 menilai IAS memiliki masa yang jelas dan bisa dikatakan sebagai salah seorang politikus senior di Sulsel. Ngabalin mengatakan, latar belakang IAs juga di Golkar tidak diragukan lagi karena pernah menjabat sebagai Ketua Golkar Makassar selalu menjadikan pemenang pemilu.

“Pak IAS ini sudah punya basis massa yang jelas sejak dulu,” ujar dia.

Dirinya menyebutkan setiap nama IAS disebutkan di Sulsel, pasti orang sudah akrab dan mengenalnya. “Tidak ada mustahil dari partai politik. Realitas Politik beda dengan teori. Jadi satu kerugian besar Demokrat yang tidak memberi amanah kepada Pak IAS,” tukas Ngabalin.

Adapun IAS menyambut positif saran Ngabalin. Hanya saja, kata dia, untuk saat ini masih memilih bertahan sebagai kader Partai Demokrat.

“Alhamdulillah, setelah melakukan perenungan dan diskusi dengan orang-orang terdekat sekaligus mengamati perkembangan terkini, saya memutuskan untuk tetap menjadi kader biasa di Demokrat,” kata IAS.

Hanya saja, mantan Wali Kota Makassar dua periode itu menyatakan keputusan tetap di Partai Demokrat untuk sementara waktu masih akan dibarengi dengan perenungan lanjutan.

“Yang pasti, niat untuk bisa bertarung di pilgub Sulsel 2024 mendatang tidak akan surut. Caranya bagaimana? Waktu ini masih panjang,” imbuh dia.

IAS juga menyampaikan apresias mendalam atas sejumlah tawaran yang dilayangkan beberapa partai yang telah mengajak bergabung.

“Saya benar-benar mengapresiasi tawaran dari sahabat-sahabat saya di partai lain. Waktu masih panjang dan saya berharap komunikasi yang sementara berjalan ini akan tetap saya jaga. Saya tidak mungkin menutup berbagai kemungkinan lain di masa mendatang,” ujar IAS.

Setelah DPP mengumumkan hasil musda Demokrat,  sedikitnya ada tujuh partai yang sudah mengajak IAS untuk bergabung. Terakhir, pada Senin sore, partai terakhir yang mengajak bergabung adalah PKPI. Sekretaris Jenderal PKPI, Inspektur Jenderal Purnawirawan Syahrul Mamma meminta langsung IAS untuk bisa memimpin PKPI di Sulsel.

Lantas, apakah opsi calon independen juga  salah satu opsi yang dipertimbangkan IAS untuk maju Pilgub 2024?

“Itu juga suatu kemungkinan. Tapi, saya pasti lebih mengedepankan opsi lewat partai. Terkait independen ini, saya akan bertanya ke 1,7 juta suara yang sudah memilih saya di Pilgub 2013 lalu. Kami akan lihat bagaimana perkembangan ke depan,” beber IAS.

Putusan IAS tetap di Demokrat mengabaikan penzaliman yang dialaminya. Maklum, keputusan DPP menunjuk Ni’matullah sebagai ketua Demokrat dipertanyakan sejumlah pihak. Baik kader Demokrat ataupun masyarakat Sulsel.

Pada Musda lalu, IAS mengumpulkan suara lebih banyak dibandingkan Ulla. 16 berbanding 8 suara dari 24 DPC se-Sulsel. Pada momen yang sama, Laporan Pertanggungjawaban (LPj) Ulla juga ditolak oleh forum Musda lalu. Apalagi rapor Ulla saat memimpin Demokrat selama 6 tahun juga sangat jeblok. Suara partai turun dan angka perolehan kursi legislatif merosot di semua tingkatan.

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar, Firdaus Muhammad mengatakan IAS harus mempertimbangkan matang jika ingin meninggalkan Partai Demokrat. Alasannya, istrinya Aliyah Mustika Ilham adalah anggota DPR RI dari Fraksi Demokrat.

“Beliau (IAS) harus pertimbangkan agar prosisi Ibu Aliyah tetap aman,” kata Firdaus.

Dirinya juga menyebutkan IAs harus mempertimbangkan dengan logis bila ditawari oleh partai besar dengan posisi strategis. “IAS idealnya jadi ketua partai. Itu syarat sebagai tiket untuk maju pada Pilgub 2024,” singkatnya.

Adapun pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Makassar, Andi Luhur Prianto mengatakan saat ini Ngabalin bukan elit utama Partai Golkar. Selain itu, struktur kepengurusan Golkar Sulsel juga telah lengkap dan sedang bekerja untuk kepentingan 2024.

“IAS tentu bisa mengukur kekuatan politik orang-orang yang mengajaknya berpindah partai,” kata dia.

Menurut dia, bila IAS masih punya cita-cita politik di 2024, sebaiknya memang segera berpindah ke partai lain. “Kekuatan politiknya di Demokrat sudah terukur, sehingga perlu membangun jejaring politik baru di partai lain. Meskipun kalau IAS akan bergabung di partai besar dan partai kecil atau baru, semua punya pilihan itu punya konsekuensi,” imbuh Luhur.

Menurut dia, bila IAS berada di partai besar dan mapan, dirinnya akan melalui fase transisi dan sulit langsung menjadi elit utama.

“Bahkan sangat mungkin terjadi IAS membangun faksi baru yang bisa meningkatkan kompetisi di internal partai,” kata dia.

Dia melanjutkan, kalau IAS di partai kecil atau baru, akan bisa langsung menjadi elit utama tetapi membutuhkan sumberdaya politik yang besar. “Apalagi akan menjadi motor utama pendongkrak suara partai. IAS yang harus menyiapkan ‘kendaraan dan bahan bakar’ politiknya sendiri,” tuturnya.

“Kekalahan dan bahkan perpindahan partai menjadi hal biasa. Politisi harus bisa “mati seribu kali” untuk bangkit pada semangat dan kekuatan yang baru,” tutupnya. (*)

  • Bagikan