Roem menegaskan, lorong wisata bukan menjadi tupoksi Dinas Pariwisata semata. Proyek itu akan dikerja dengan campur tangan berbagai OPD yang terlibat.
“Pekerjaan di lorong wisata ini pekerjaan bersama-sama. Seperti infrastruktur, itu dibangun teman-teman di PU, seperti paving blok dan drainase, dan ini paling banyak dikeluhkan di kelurahan,” katanya.
“Kalau dispar itu lebih ke ornament kepariwisataan seperti mural, dan pemasarannya. Jadi ketika lorong wisata itu selesai, akan dipasarkan oleh Dispar untuk mendatangkan wisatawan lokal Makassar maupun luar Makassar,” imbuhnya.
Tahun ini, kata Roem, pihaknya menargetkan akan merampungkan 100 lorong wisata. Saat ini, perencanaan 15 lorong wisata sudah tuntas.
“Kami tunggu perencanaan 85 lorong wisata. Yang 15 sudah jadi, itu tidak termasuk yang dilaunching kemarin di Jalan Bambapuang, karena itu cuma prototipe supaya kami punya gambaran yang sama soal lorong wisata ini,” jelasnya.
Roem menjelaskan, lorong wisata ini bakal dikoneksikan dengan proyek Co’mo atau Commuter Metro Moda dan penggunaan virtual reality (VR). Untuk koneksi lorong wisata dan Co’mo, bakal digarap bersama Dinas Perhubungan.
“Untuk Co’mo Nanti dibantu teman Dishub untuk mengantar ke salah satu lorong. Jadi nanti sudah bisa dikoneksikan juga ke VR. Cuma kamu belum tahu lorong mana yang akan masuk ke VR. Apakah yang dari Dispar, atau dari dinas lain, kami belum tahu,” pungkasnya.