Tiga Anak Alami Hepatitis, Kemenkes Lakukan Investigasi

  • Bagikan

JAKARTA, BACAPESAN.COM – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan investigasi kontak terhadap tiga pasien anak yang mengalami hepatitis akut.

Penyakit hepatitis masih belum diketahui etiloginya atau masih menjadi misteri penyebabnya.

Juru Bicara Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi bersama stakholder melakukan investigasi untuk mengetahui faktor resiko terhadap tiga kasus hepatitis akut pada anak.

“Berdasarkan hasil investigasi kontak terhadap kasus yang meninggal dunia, ketiganya datang ke fasilitas kesehatan pada kondisi stadium lanjut,” ucap dr Nadia, dalam siaran pers pada Sabtu, 7 mei 2022.

“Sehingga hanya memberikan sedikit waktu bagi tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan pertolongan,” sambungnya.

Nadia meneruskan, ketiga kasus tersebut, anak berusia dua tahun telah mendapatkan vaksinasi hepatitis, usia delapan mendapatkan vaksinasi Covid-19 satu kali dan vaksin hepatitis lengkap.

Lanjutnya, usia 11 tahun sudah mendapatkan vaksinaasi Covid-19 dan hepatitis lengkap.

“Hingga saat ini ketiga kasus ini belum bisa kita golongkan sebagai penyakit hepatitis akut dengan gejala berat tadi, tetapi masuk pada kriteria pending klasifikasi karena masih ada pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan terutama pemeriksaan adenovirus dan pemeriksaan Hepatitis E yang membutuhkan waktu antara 10 sampai 14 hari ke depan,” tutur dr Nadia.

Dalam hasil investigasi, Nadia menjelaskan bahwa dari anggota keluar lain dari ketiga anak tidak menemukan riwata hepatitis.

Hal senada juga tidak ditemukan anggota keluarga lain yang memiliki gejala sama.

“Keluhan utama yang disampaikan dari saluran cerna, mengalami keluhan mual, muntah, dan diare hebat,” tandasnya.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan investigasi dan penyelidikan epidemiologi (surveilans) lintas sektoral terkait hepatitis misterius atau akut.

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Brian Sriprahastuti mengatakan, upaya penyelidikan dan peningkatan kewaspadaan tersebut agar dapat dilakukan tindakan secepat-cepatnya jika ditemukan kasus dengan gejala dan tanda hepatitis akut, terutama pada anak di bawah usia 11 tahun.

“Investigasi penyebab hepatitis akut dilakukan pada setiap kasus, mungkin melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap,” katanya, Jumat, 6 Mei 2022.

Selain itu, pemerintah juga telah mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada fasilitas layanan kesehatan, pemerintah daerah, kantor kesehatan pelabuhan (KKP), dan pemangku kepentingan, untuk memberikan dukungan dan kewaspadaan dini terhadap penemuan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya tersebut.

Fenomena hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya menjadi sorotan dunia setelah Badan PBB untuk Kesehatan Dunia (WHO) menetapkannya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 15 April 2022. WHO menerima laporan 169 kasus di 12 negara, termasuk Indonesia.

Di Indonesia, dalam dua pekan terakhir atau hingga 30 April 2022, dilaporkan tiga pasien anak meninggal saat dirawat di RSUP Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dengan dugaan hepatitis akut.

Menurut Brian, hepatitis akut merupakan peradangan pada hati yang terjadi secara mendadak dan dapat cepat memburuk. Ia menguraikan gejala umum dari hepatitis yakni, nyeri perut, kuning, diare, muntah-muntah, perubahan warna urine, feses berwarna pucat, demam tinggi atau riwayat demam, serta ditandai dengan peningkatan kadar enzim hati.

“Jika mendapati anak mengalami gejala-gejala seperti itu segera dibawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan karena jika terlambat penanganan akan terjadi kegagalan fungsi hati yang ditandai dengan gangguan kesadaran,” katanya. (fin/*)

  • Bagikan