MAKASSAR, BACAPESAN.COM – Tahun 2020 hingga 2021 menjadi tahun kelam perekonomian Indonesia.
Meski tak mengulang krisis moneter di tahun 90an nyatanya perekonomian goyah oleh virus covid 19.
Tak hanya Indonesia, gencatan virus ini menyerang seluruh negara di dunia, akibatnya perlu langkah taktis oleh pemangku kebijakan termasuk perihal masalah ekonomi yang menjadi pundak negara. Apalagi, negara yang paling terdampak adalah negara berkembang. Indonesia salah satunya
Maka di tahun 2020, atas nama pemulihan ekonomi, Bank Indonesia menerapkan program makro prudensial. Dan benar saja program tersebut dinilai sebagai solusi tepat menghadapi kondisi darurat kesehatan kala Itu.
Adanya program tersebut dinilai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti sukses memberi keringanan bagi masyarakat.
“Sejak 2020 kebijakan makroprudensial menunjukkan peran penting dalam jaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong pemulihan ekonomi,” kata Destry.
Di Sulawesi Selatan, program ini disambut baik oleh masyarakat maupun pelaku usaha. Program makro prudensial yang dihadirkan BI pun beragam seperti program Penyaluran Ekonomi Nasional (PEN), penangguhan kredit, serta menghadirkan program subsidi bagi usaha yang bergerak di bidang property dan otomotif.
Salah satu yang merasakan betul dampak positif dari program tersebut adalah Fakra seorang warga kota Makassar yang berdomisili di Kelapa Tiga.
Covid-19 membuat Fakra dan suaminya harus banting tulang. Membuat dapur mengepul kala itu bukan perkara mudah, apalagi mertuanya dalam keadaan stroke.
“Bantuan dari pemerintah dua tahun terakhir dangat membantu. Saya gunakan untuk keperluan sehari hari dan membeli popok untuk mertua.
Saat ini, Fakra bukan hanya mampu memenuhi kebutuhan sehari hari keluarganya, diri juga mampu membangun usaha kuliner kecil untuk memperbaiki perekonomiannya. (*)