Sulsel Inflasi 0,28 Persen, Berikut Aspek yang Mempengaruhi

  • Bagikan

MAKASSAR, BACAPESAN.COM– Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan mencatat inflasi Sulawesi Selatan sebesar 0,28 persen selama bulan Mei.

Angka ini lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang mengalami inflasi hingga 1,21 persen.

Secara spasial, dari 5 kota dengan IHK, Pare-pare menduduki peringkat pertama inflasi tertinggi yakni di angka 1,88 persen. Sedangkan inflasi bulanan terendah dialami oleh Kota Makassar yaitu sebesar 0,13 persen dibandingsi bulan sebelumnya.

Sementara itu, secara tahunan, Sulsel mengalami inflasi sebesar 3,33 persen dari tahun sebelumnya atau lebih rendah dibandingkan inflasi Nasional sebesar 3,55 persen dibanding tahun sebelumnya dan berada dalam sasaran inflasi nasional tahun 2022 yaitu 3,0±1 persen.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan, Causa Iman Karana mengatakan inflasi bulanan di Sulsel utamanya disumbang oleh Kelompok Transportasi dan Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga dengan inflasi masing-masing sebesar 1,99 persen dan 0,52 persen dibanding tahun sebelumnya.

“Khusus inflasi kelompok transportasi memiliki andil sebesar 0,23 persen, terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara akibat meningkatnya permintaan seiring pelonggaran pembatasan perjalanan masyarakat pada momen cuti bersama Hari Raya Idul Fitri,” ujarnya.

“Sumbangan inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Rumah Tangga terutama berasal dari kenaikan tarif air minum PAM. Di sisi lain, kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau mengalami deflasi sebesar -0,23 persen dibanding bulan sebelumnya, terutama disebabkan oleh menurunnya harga cabai rawit, cabai merah, bayam, dan tomat, seiring pasokan yang tetap terjaga.,” sambung Causa.

Hari Raya Idul Fitri yang dirayakan pada bulan Mei 2022 turut mempengaruhi realisasi inflasi di Sulsel. Secara umum, peningkatan konsumsi masyarakat selama periode Hari Raya Idul Fitri mendorong terjadinya kenaikan harga komoditas.

Meskipun demikian, realisasi inflasi Sulsel tetap berada pada level yang terkendali. Hal ini tidak terlepas dari berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulsel dalam menjaga stabilitas harga.

“Bank Indonesia bersama dengan TPID di wilayah Sulsel berkomitmen untuk terus bersinergi menjaga stabilitas harga melalui strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, Keterjangkauan Harga, dan Komunikasi Efektif) dan penguatan kerja sama antar daerah,” tutupnya. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version