JAKARTA, BACAPESAN.COM – Kurs rupiah berpeluang terdepresiasi, setelah adanya fakta bahwa nilai inflasi Amerika meningkat tajam, hingga tembus level tertinggi dalam 4 dekade terakhir atau sejak 1981.
Inflasi Amerika tertinggi sejak 4 dekade terakhir itu menjadi sentimen negatif yang diprediksi akan melemahkan kurs rupiah terhadap dolar AS hari ini, Kamis 14 Juli 2022.
Samsung Galaxy S22 ultra seharga 2.750.000 IDR. Diskon hingga 70% untuk flagman Samsung
Mengutip data Bloomberg, Kamis 14 Juli 2022 pukul 09.19 WIB, kurs rupiah tengah diperdagangkan pada level Rp15.011 per dolar AS, melemah 20 poin atau 0,13 persen apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Rabu di level Rp14.991 per dolar AS.
Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra mengatakan, nilai tukar rupiah kemungkinan masih bisa melemah hari ini terhadap dolar AS, setelah rilis data inflasi konsumen AS bulan Juni semalam mencetak rekor baru dalam 40 tahun.
“Data inflasi konsumen AS bulan Juni dirilis lebih tinggi dari bulan sebelumnya 9,1 persen yoy vs 8,6 persen yoy,” kata Ariston dalam keterangan tertulis hari ini.
Kondisi ini, kata Ariston, bakal memvalidasi kebijakan Bank Sentral AS untuk lebih agresif dalam menaikkan suku bunga acuannya karena ternyata inflasi AS masih dalam tren naik.
Kini ekspektasi kenaikan suku bunga acuan 100 bp di Juli ini meningkat menjadi 79,7 persen menurut Fed Watch Tools dari CME.
Dari dalam negeri, kenaikan inflasi karena kenaikan harga pangan menjadi kekhawatiran tersendiri yang bisa menekan rupiah. Inflasi tinggi bisa menurunkan daya beli masyarakat dan menekan pertumbuhan ekonomi.
“Potensi pergerakan rupiah hari ini di kisaran Rp14.980 – Rp15.030 per dolar AS,” pungkas Ariston. (fin/*)