GOWA, BACAPESAN.COM – Untuk melestarikan Tanaman Obat Herbal Dan Pengobatan Tradisional, Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (Direktorat KMA), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi menggandeng Komunitas adat Turilenrang Gowa, Selasa (9/8/2022).
Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi mengatakan Direktorat KMA memberikan fasilitasi dan pembekalan kepada kelompok perempuan adat dan penghayat kepercayaan dalam penyusunan rencana aksi strategis berdasarkan potensi dan tantangan yang dihadapi.
“Tema kegiatan ini dilatari fenomena gaya hidup ‘back to nature’ (kembali ke alam) dimanfaatkan oleh Perempuan Adat Turilenrang, Komunitas Balassuka di Kabupaten Gowa untuk mengembangkan pengetahuan pengobatan yang mengutamakan tanaman yang tersedia di wilayah adat,” katanya.
Dirinya juga menyebutkan kondisi geografis Wilayah Adat Balassuka menopang ketersediaan bahan baku herbal seperti: Jahe Merah, Jahe Putih, Temulawak, Kunyit, Kunyit Hitam, Serai, dan lainnya.
“Yang diyakini memiliki khasiat untuk kesehatan. Pengobatan menggunakan tanaman herbal masih sangat terbuka luas sejalan dengan semakin berkembangnya industri jamu, obat herbal, fitofarmaka, dan kosmetika tradisional,” ujarnya.
Dirinya menuturkan meramu herbal seperti jamuan-jamuan merupakan pengetahuan yang diperoleh dari warisan leluhur berdasarkan pengalaman yang diwariskan dari generasi ke generasi.
“Pengetahuan meracik tanaman obat merupakan salah satu peran Perempuan Adat Turilenrang untuk memastikan kesehatan anak-anak, orangtua, keluarga. Utamanya penyakit yang dapat diatasi secara mandiri oleh Perempuan Adat, dan belum membutuhkan penanganan medis,” tuturunya.
Christriyati Ariani selaku perwakilan dari Direktorat KMA-Kemendikbud Ristek melanjutkan tantangan ketersediaan layanan kesehatan medis yang tidak mudah dijangkau oleh Masyarakat Adat, dan ataupun obat-obatan yang disarankan oleh tenaga medik maupun dokter harus ditebus di luar kampung membutuhkan ketersediaan uang tunai yang kecenderungan harganya sangat mahal.
“Situasi ini menjadikan Masyarakat Adat lebih mengutamakan praktek kesehatan tradisional dan mengembangkan pengetahuan ramuan herbal untuk mengatasi keluhan penyakit yang dialami,” ujarnya.
“Kepercayaan Komunitas Turilenrang pada pengobatan herbal yang dibangun atas dasar pengalaman empiric Perempuan Adat mempraktekkan pengobatan alami tanpa bahan kimia yang rendah resiko untuk penyakit seperti demam, batuk, dan lainnya. Bahan baku herbal yang didapatkan dari wilayah adat turut menjaminkan kepastian akses dan kontrol Perempuan Adat atas pengetahuan dan wilayah kelolanya,” lanjutnya.
Dirinya melanjutkan perubahan lingkungan di wilayah adat telah mempengaruhi ketersediaan, pengenalan jenis, manfaat, dan habitat dari tanaman herbal. “Perempuan Adat Turilenrang hendak mengembangkan, melestarikan, dan meneruskan pengetahuan serta pemanfaatan tanaman obat herbal. Sebagian besar pengetahuan ini masih tersimpan pada generasi sebelumnya,” tuturnya.
Sehingga kata dia generasi saat ini perlu melakukan upaya pendokumentasian tercatat. Selain itu, PHKom Turilenrang ingin pengetahuan mengenai herbal ini menjadikan wilayahnya sebagai salah satu tujuan wisata kesehatan dan mendorong terjadinya peningkatan pendapatan rumah tangga Perempuan Adat.
“Harapan dari seluruh rangkaian kegiatan ini adalah semakin kuatnya komunitas perempuan adat Turilenrang sebagai agen-agen perubahan yang mandiri serta terciptanya ekosistem pelestarian tanaman obat dan pengetahuan tradisional yang berkelanjutan,” jelasnya. (*)