JAKARTA, BACAPESAN.COM – Pemerintah memutuskan menaikan tarif ojek online mulai berlaku pada Ahad 11 September 2022.
Kenaikan ini sebagai penyesuaian terhadap kenaika harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis pertalite yang telah resmi naik.
Kenaikan tairf ojol ini, dinilia akan mengurangi penggunak jasa ojol. Sebab para pengguna ojol akan beralih menggunakan motor pribadi. Sebab, hal utama menggunakan motor pribadi akan lebih menghemat biaya.
“Orang akan lebih banyak pindah ke sepeda motor, karena sepeda motor itu luar biasa. Motor baru itu, untuk setiap satu liternya ada yang bisa (mencapai jarak) 62 km,” kata Pengamat transportasi dan tata kota Universitas Trisakti Yayat Supriatna lewat keterangan tertulisnya, dikutip Senin 12 September 2022.
Yayat mencatat jika penggunaan satu liter BBM bisa untuk jarak 40 km, maka bisa dibandingkan berapa besar efisiensi yang bisa dilakukan pelaju dengan menggunakan angkutan umum atau ojol.
“Makanya, kalau survei mengatakan bahwa kemungkinan besar orang akan pindah ke sepeda motor, benar. Karena kekuatan motor adalah pada super hematnya dalam konteks penggunaan energi dengan jarak yang ditempuh,” imbuhnya.
Dalam simulasi yang dilakukan Yayat, dalam satu liter BBM bisa digunakan selama dua hari PP untuk jarak tempuh sekitar 10 km. Padahal biaya yang sama jika digunakan untuk angkutan umum atau ojol, hanya bisa digunakan untuk sekali perjalanan.
Ia juga mencontohkan, jika jarak rumahnya ke stasiun sejauh sembilan km dengan tarifnya Rp24 ribu, maka perjalanan PP sudah menghabiskan Rp50 ribu.
Biaya tersebut, jika dikonversi dengan naik motor, totalnya bisa mencapai jarak tempuh 200-300 km untuk BBM jenis Pertalite.
“Jarak tempuh dekat, tapi mahal dengan naik angkot dan ojol kemungkinan besar akan membuat orang mau berpindah (ke motor pribadi) karena menghemat luar biasa. Kenapa? Karena gaji tidak naik, kalau gaji naik tidak apa-apa, tapi gaji tidak naik, BLT tidak cukup,” imbuhnya.
Yayat juga menyoroti kenaikan tarif ojol akan cukup membebani rumah tangga karena banyak anak sekolah atau pelajar yang menggunakan jasa ojek online.
Sayangnya, pelajar adalah kelompok yang tidak memiliki penghasilan sehingga beban tersebut akan kembali ke orang tua atau kepala rumah tangga.
Yayat juga menilai pilihan masyarakat untuk menggunakan sepeda motor juga tidak bisa disalahkan. Pasalnya, minimnya pendapatan dan makin mahalnya biaya hidup mengharuskan mereka untuk mencari opsi penghematan.
“Mereka yang penghasilannya terbatas, kurang dari Rp4 juta, itulah yang paling rentan dengan kenaikan tarif transportasi. Jadi, pilihan pendukung mengapa orang pindah ke sepeda motor, tidak boleh disalahkan. Dengan minimnya pendapatan dan semakin mahalnya biaya hidup, maka agak sulit menyalahkan masyarakat ketika memilih harus menggunakan sepeda motor,” kata Yayat. (fin/*)