MAKASSAR, BACAPESAN.FAJAR.CO.ID- Sulawesi Selatan mengalami lonjakan inflasi sebesar 6,12 persen dibanding tahun sebelumnya.
Data Badan Pusat Statistika (BPS) yang dirilis Selasa 1 November 2022 menunjukkan, bensin menjadi satu dari 10 komoditi yang menyambung inflasi terbesar jika dibandingkan tahun sebelumnya. Bensin memiliki andil terbesar dalam peningkatan inflasi Sulawesi Selatan yakni 0,961 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, Suntono mengungkapkan jika berkaca pada kenaikan harga BBM di tahun 2013 dan 2014, kenaikan BBM membawa dampak bagi kemiskinan.
“Setiap ada kenaikan harga bahan bakar selalu diikuti dengan kemiskinan. Pun jika tidak meningkat kemiskinan, bakal membawa pengaruh kepada komponen kemiskinan. Sama dengan di tahun 2013 lalu,” ucapnya.
“Pasca kenaikan BBM, inflasi akan mengalami kenaikan. inflasi ini berkolerasi positif dengan jumlah kemiskinan, ” tambahnya.
Lebih jauh, kenaikan harga bensen berpengaruh pula terhadap komoditi lain seperti angkutan udara, minyak goreng, telur ayam ras, rokok filter, angkutan dalam kota, cabe rawit, kue kering berminyak, kontrak rumah dan dan sabun detergen.
Menyikapi hal tersebut, Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Selatan, Syaiful mengungkapkan saat ini pemerintah telah menghadirkan bantalan berupa bantuan untuk menanggulangi dampak kemiskinan akibat melejitnya harga BBM di kisaran Rp10 ribu.
“Biasanya produsen juga mengambil kesempatan menaikkan harga, itu sebabnya beberapa komoditi mengalami kenaikan harga,” ucap Syaiful.
“Kita berharap kenaikan BBM tidak membawa pengaruh yang berlangsung lama. Dan dengan bantalan yang diberikan pemerintah berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Subsidi Upah maka diharapkan dapat menekan angka kemiskinan,” harapnya. (*)