MAKASSAR, BACAPESAN.COM – Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Sulsel tahun 2022 kembali digelari. Hajatan yang lakukan Balai Bahasa Sulawesi Selatan menyasar generasi muda guna membangkitkan semangat siswa di Sulsel agar mempelajari bahasa daerah.
Kegiatan yang diikuti siswa Sekolah Dasar (SD) berlangsung di Novotel Makassar, dibuka langsung oleh Kepala Pusat Pembinaan dan Sastra Kemendikbud RI, Mohammad Abdul Haq mewakili Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Pada kesempatan ini, Mohammad Abdul Haq menyampaikan menyelenggarakan Festival Tunas Bahasa Ibu sangat perlu untuk ditanamkan pada generasi muda saat ini. Terutama di lingkungan keluarga, karena ruang publik dipenuhi bahasa asing.
“Situasi bahasa daerah di lingkungan agak rumit. Dimana ruang pablik dipengaruhi bahasa asing. Bahasa daerah harus hidup di rana keluarga. Sejaka lahir anak diajarkan bajasa daerah. Nanti 5 tahun baru bahasa lain agar bahasa daerah lancar,” jelasnya dalam sambutanya.
Saat dimintai tanggapan usai kegiatan. Dia menuturkan, kegiatan FTBI sangat penting untuk menginspirasi siswa agar mempelajari bahasa daerah. Selain itu, guna memperkaya generasi muda usia dini.
Lanjut dia, secara teori yang akan diselamatkan perangkat lunak. Teorinya begitu logikanya juga begitu. Tetapi mengambil langkah yang lebih progresif. Misalnya kajian badan bahasa, bahasa – bahasa dengan jumlah terbesar itu juga mengalami penurunan jika diturunkan ke generasi berikutnya.
“Karena itu penyelematan tidak semata-mata ditunjukkan bahasa yang punah atau kritis tetapi ditunjukkan bahasa bahasa penduduk besar tetapi mengalami penurunan jika diturunkan ke generasi berikutnya,” tururnya.
Pihaknya telah membagi dalam tiga kelompok A pertama, bahasa bahasa dengan dominasi tinggi di pulau Jawa. Jawa Barat bahasa Sunda. Kalau kelompok B itu bahasa dengan model di Makassar ini. Ada tiga bahasa dominan semuanya besar dan sama sama dipakai.
“Kemudian kelompok C bahasa bahasa di wilayah timur yang itu tidak bisa dilakukan di sekolah sekolah karena dalam satu sekolah bisa 10 bahasa . Sehingga banyak dilakukan di komunitas komunitas misalnya gereja, masjid atau RT RW,” jelasnya.
Kepala Balai Bahasa Sulsel, Yani Prayono mengatakan, Festival Tunas Bahasa Ibu diharapkan dapat memberikan akses bagi para partisipan sehingga nantinya akan semakin bangga menggunakan bahasa daerah.
“Ini merupakan paradigma yang harus kita dorong ke generasi muda di masyarakat. Festival tunas bahasa masuk pada merdeka belajar sebagai media apriasi,” katanya.
Festival ini merupakan media apresiasi kepada para peserta program revitalisasi bahasa daerah yang dilakukan berjenjang mulai dari sekolah atau komunitas belajar di tingkat kecamatan, kabupaten/kota, dan Provinsi.
“Festival tunas bahasa dilaksanakan secara berjenjang di tingkatan daerah diatur dalam UU. Kami ingin kegiatan ini akan terus berjalan. Dimana dilakukan Pemda dan Pemerintah pusat. Diketahui ada 14 bahasa daerah di Sulsel. Hanya 3 atau 4 menjadi objek revitalisasi bahasa daerah,” pungkasnya. (*)