GOWA, BACAPESAN.FAJAR.CO.ID – Mobil open cup keluaran 2019 membelah hujan lebat pukul 14.00 siang. Di dataran tinggi Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, hujan selalu diikuti kabut dan udara yang memang sudah dingin.
Seperti biasa, Andi Hariadi memulai pekerjaannya pukul 14.00. Andi, sapaan akrabnya merupakan pengepul sayuran yang beroperasi di Kecamatan Tombolo Pao, Malino, dan Parigi Kabupaten Gowa. Tak seperti kebanyakan anak muda yang doyan bermain gawai, Andi yang usianya baru 19 tahun sudah menjadi tulang punggung keluarga.
Di Kecamatan Tombolo Pao yang berbatasan langsung dengan daerah wisata Malino, beragam sayuran dan buah bisa di temui. Kubis, wortel, strawberry, kentang, cabai, tomat, pakis, alpokat, markisa adalah beberapa jenis sayuran dan buah di daerah dengan cuaca kurang lebih 20 derajat ini.
Tombolo Pao merupakan daerah yang mayoritas masyarakatnya petani sayur dan buah. Hadirnya pengepul sayur memudahkan petani memasarkan hasil panennya. Mereka hanya perlu mengemas sayuran ke dalam kantong berwarna merah, kemudian dijemput pengepul sekitar pukul 14.00 atau pukul 17.00 sore. Selanjutnya, sayuran dan buah tersebut dibawa ke pasar terbesar di kabupaten Gowa, Pasar Induk Mina Samaupa. Di pasar inilah seluruh masyarakat kabupaten Gowa memperoleh sayuran segar. Begitulah pekerjaan Andi empat tahun terakhir.
Salah satu yang mempercayakan hasil taninya kepada Andi adalah Makmur, pria paru baya yang sudah puluhan tahun menjadi petani. Makmur baru saja memanen tomat dengan kualitas super. Sehabis hitung hitungan harga, Andi mendapatkan 37 kantong tomat dari Makmur. Setiap kantong berisi 20 kilogram.
“Hari ini saya memilih mengepul tomat karena harganya sedang bagus, Rp 7000 perkilo. Petani juga banyak menanam tomat di bulan November ini,” ujar Andi, Minggu (6/11/2022).
Barulah Andi berhenti mengepul sayur jika mobil yang di kendarainnya benar benar penuh. “Sekitar 100 kantong yang bisa dimuat. Jika mobil sudah penuh, harus di tutup tenda karena tomat sangat sensitif dengan air hujan, takut busuk,” ungkapnya.
Setelah mobil miliknya penuh dengan tomat, Andi bergegas ke dataran rendah, tepatnya di pasar Induk Minasa Upa yang berada di Sungguminasa Kabupaten Gowa. Di sana, sayuran dan buah bisa di beli untuk dinikmati masyarakat Gowa dan sekitarnya.
Menurut Kepala Pasar Minasa Maupa, Zainuddin Langke, pasar yang dipimpinnya memang tempat transit sayur dan buah. Banyaknya barang masuk tergantung dari pengepul yang membawa sayuran
“Kurang lebih 100 hingga 150 mobil yang mengantar beragam jenis sayur. Asal sayuran tersebut di dominasi dari Tombolo Pao, Malino dan Parigi. Disini para pengepul membawa sayuran di pasar Minasa Maupa karena merupakan tempat
Transit buah dan sayur terbesar di Sulsel, sebelum di distribusikan ke kota Makassar atau Kabupaten lain seperti Polmas, Pinrang, Parepare,” terang Zainuddin.
Untuk sampai ke pasar induk Minasa Maupa, Andi membutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan karena jaraknya sekitar 73 kilometer. Untuk itu, puluhan liter bensin harus tersedia di tangki mobil untuk melancarkan perjalanannya ke Sungguminasa Kabupaten Gowa, tempat pasar induk berada.
Andi tentu tak khawatir soal bahan bakar. Dirinya hanya perlu merogoh kocek Rp200.000 untuk membeli bahan bakar atau sekitar 14 liter pertamax. Itupun sudah dipakai pulang pergi ke kediamannya dan pasar.
“Saya selalu mengisi bahan bakar di Pertashop. Di sana yang disiapkan bahan bakar jenis pertamax. Meski harganya lebih mahal, bahan bakar jenis ini irit. Saya hanya perlu membeli Rp.200.000 bahan bakar untuk pulang pergi,” ungkapnya.
Hadirnya Pertashop Malakaji ini menurut Andi sangat membantu pengepul sayuran, apalagi pekerjaannya menuntut sering pulang tengah malam dan ia malas mengantri karena kelelahan mengendarai mobil.
Hal ini juga dibenarkan Sandi, Operator SPBU di Pertashop Malakaji. Menurutnya banyak pengepul sayuran yang bertandang ke pertashop tempatnya bekerja untuk mengisi bahan bakar. “Mungkin karena jarak pom bensin jauh dari sini, orang lebih memilih mengisi bensin di Pertashop Parigi ini. Belum lagi pom bensin di kota Malino selalu padat dan harus mengantri,” ungkapnya
Sandi menceritakan, Pertashop Parigi merupakan yang ke 12 di Sulawesi Selatan dengan jarak dari pom bensin satu satunya di daerah tersebut sekitar 10 kilo meter. Pertashop Parigi ini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di kecamatan sekitarnya.
“Pertashop ini hadir sejak 2020 lalu, ini alternatif tempat pengisian bahan bakar bagi para pengantar sayur dan juga bagi para pengendara motor. Kapasitas Pertashop ini 2000 hingga 4000 liter, jadi sangat banyak persiapan bahan bakarnya,”akunya.
Senior Supervisor Communication Relations Pertamina Regional Sulawesi, Taufiq Kurniawan membeberkan besarnya minat masyarakat mengisi bahan bakar di Pertashop.
Pertashop sendiri merupakan kepanjangan dari Pertamina Shop yakni outlet penjualan Pertamina berskala tertentu yang dipersiapkan untuk melayani kebutuhan konsumen BBM non subsidi, LPG non subsidi, dan produk ritel Pertamina lainnya dengan mengutamakan lokasi pelayanannya di desa atau di kota yang membutuhkan pelayanan produk ritel Pertamina.
“Saat ini masyarakat utamanya yang berada jauh dari kota lebih menyukai mengisi bahan bakar pertamax dari pada harus antri,” ucapnya Selasa (8/11)
Taufik melanjutkan, untuk melengkapi kebutuhan masyarakat di pedesaan, pihaknya akan bersinergi dengan BUMN lain.
“Sekarang ini kami akan mengadakan program sinergi BUMN dimana tidak hanya mengisi bensin di Pertashop tetapi ada kantor Pos, dan ada gerai Bulog juga. Jadi kedepannya produk BUMN pindah ke pertashop,” ujarnya
“Kita juga akan mengembangkan produk permodalan. Sasaran kita masyarakat yang di pelosok dengan memberikan harga terjangkau dan sama seperti di kota. Tapi kembali lagi, ini sesuai keinginan pemilik Pertashop,” sambung Taufik
Di area kerja Pertamina Regional VII Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, keberadaan Pertashop mengalami pertumbuhan pesat. Di tahun 2020 hadir sebanyak 15 pertashop, kemudian di tahun 2021 hadir sebanyak 110 pertashop. Selanjutnya di tahun 2022 ini telah hadir 77 Pertashop. Saat ini total ada 202 Pertashop .
Menurut Taufik, tak sulit untuk membuka Pertashop apalagi di daerah dataran tinggi yang memang membutuhkan tempat pengisian bahan bakar dengan harga yang sama dengan di kota.
“Syaratnya mereka warga negara Indonesia yang memiliki legalitas usaha, mempunyai kelengkapan dokumen, mempunyai lahan pengoperasian Pertashop, memperoleh rekomendasi dari Kepala Desa dan memiliki modal awal sesuai dengan tipe Pertashop yang diinginkan. Selain modal sendiri bisa dengan pendanaan KUR. Modal Awalnya minimal Rp250 juta,” jelasnya.
Hadirnya Pertashop di Kecamatan Parigi sangat berarti bagi para pengepul sayuran. Sebab merekalah ujung tombak distribusi bahan makanan yang menghubungkan antara sayuran dan buah yang di tanam masyarakat dataran tinggi dengan masyarakat dataran rendah yang membutuhkan bahan makanan segar dan sehat. (*)