MAKASSAR, BACAPESAN.FAJAR.CO.ID – Isu resesi di tahun 2023 membuat pelaku pariwisata dan industri perhotelan harap-harap cemas.
Belum sembuh akibat covid-19, perkiraan resesi di tahun 2023 menjadi bayang bayang kelam yang harus dihadapi akibat permasalahan rantai pasok, inflasi menujuk tajam dan memanasnya hubungan Rusia Ukraina.
Ketua Perhimpunan Hotel Dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulsel, Anggiat Sinaga mengungkapkan kekhawatirannya menyambut kemungkinan resesi ditahun depan. Menurut dia, statement yang dilontarkan Presiden Jokowi dan Menteri Keuangan Sri Mulyani membuat pihaknya kelabakan, sebab hingga saat ini industri perhotelan dan restoran belum juga pulih sepenuhnya.
“Kami dari industri pariwisata masih bingung untuk proyeksi di tahun 2023, sekaitan statement bapak presiden dan ibu menteri keuangan bahwa 2023 bersiap untuk hadapi resesi,” ucap Anggiat saat dihubungi Bacapesan.fajar.co.id.
“Kalau ini benar adanya, akan membuat pertumbuhan industri perhotelan di tahun 2022 akan menjadi negatif lagi di 2023 dan rasanya sudah lestatmen lah hadapi masa masa susah sejak pandemi,” sambungnya.
Hingga saat ini, pertumbuhan industri perhotelan dan restoran baru mencapai 45 hingga 48 persen pasca pandemi. Dengan kemungkinan terjadi resesi makan diperkirakan industri ini bisa terjatuh kembali.
“Kita berharap 2023 bertumbuh paling tidak sama saja dengan 2022 kita sudah bersyukur. Kami masih dalam kondisi wait dan see. Walaupun begitu kami berharap tetap bertumbuh secara positif,” tutupnya. (*)