GOWA, BACAPESAN.FAJAR.CO.ID– Tirai hitam monokrom meliuk pelan di rumah minimalis tipe 36. Karpet, kursi dan beberapa interior hitam menyambut siapa saja yang bertandang ke rumah bernomor C17 ini.
Tidak lupa kata-kata positif terpampang di dinding, kaca estetik bahkan kaligrafi bertulis Allah dan Muhammad juga diatur saksama, begitu memukau. Kesan elegan dan minimalis tentu jadi tujuan Muh Akram Reza Dalmendra Memilih warna yang terkesan menly ini.
Kira kira tiga tahun lalu, Akram begitu ia kerap disapa, memilih menginvestasikan uang hasil jerih payahnya. Usia Akram saat itu masih 23 tahun, baru beberapa waktu menyelesaikan pendidikan di jenjang Sarjana jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia Timur (UIT) Makassar. Meski demikian, usia muda tak membuat Akram bimbang. Tekadnya bulat, ingin berinvestasi di bidang properti.
“Sebenarnya untuk modal nikah. Saya punya keinginan setelah berkeluarga bisa hidup mandiri,” ucap pria kelahiran Makassar ini, Selasa (7/2/2023).
Rumah subsidi di daerah Pattallassang Gowa menjadi investasi pertama Akram. Harga unitnya kurang lebih Rp156 juta. Oleh Akram dipilih KPR di Bank BTN yang telah terpercaya menjadi bank perkreditan rumah rakyat.
Uang muka Rp13 juta bukan lagi masalah bagi Akram, berkat usaha berjualan pomade yang di rintis sejak ia mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Atas, tabungannya lebih dari cukup. Akram telah menyisihkan uang sedikit demi sedikit sedari dulu.
“Mungkin juga bantuan Allah, tetapi pas pengajuan sangat dimudahkan Bank BTN. Staf Bank BTN juga sangat sabar menerangkan tentang tahapan mengajukan rumah,” ungkapnya.
Meski saat itu masa pandemi covid 19, Akram kekeh menyelamatkan rupiah yang diraupnya dari berjualan pomade beberapa tahun.
“Yang saya pikirkan saat itu hanya mengubah rupiah menjadi investasi yang harganya tidak mengalami penurunan. Maka ijin usaha yang saya ajukan bersamaan dengan rekening koran dan berkas lainnya. Saya bahkan mengurusnya kurang dari satu bulan,”jelas Akram.
Seakan berbuah manis, jerih payah akram tiga tahun belakangan terbalas. Rumah miliknya telah disulap menjadi sebuah rumah impian. Meski sederhana, Akram membenahi rumahnya dengan ornamen-ornamen estetik. Kursi kursi di tata sedemikian rupa, meja makan dan dapur juga demikian. Akram lebih nyaman menyebutnya rumah singgah.
“Saya masih tinggal di rumah orang tua, nah akhir pekan saya ke rumah ini hitung hitung liburan. Apalagi disini udaranya masih sejuk dan asri cocok untuk healing,” ucapnya.
Segala kemudahan memiliki rumah yang diperoleh Akram tak lain berkat program ‘Rumah untuk Rakyat’ yang di gagas BTN untuk segmen informal.
Sempat sangsi, namun Akram memberanikan diri mengajukan berkas untuk KPR. Alhasil salah satu MC kondang di Makassar ini berhasil menjadi satu dari sekian banyak orang yang menikmati program ini, memiliki hunian di usia muda juga bukan lagi menjadi mimpi. Sekaligus mengubah pandangannya bahwa orang yang bekerja di sektor informal sulit memiliki rumah.
Akram satu dari sekian banyak masyarakat Indonesia di sektor informal yang mendamba hunian. Hal ini pula yang di tangkap Bank BTN sehingga dihadirkan program perumahan untuk rakyat khusus untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MPR).
Regional Funding & Wealth Business Head A. Sigit Setyarso BTN Kanwil V Makassar menjelaskan program perumahan untuk rakyat telah ada sejak tahun 76 dan diperkuat lagi dengan imbauan pemerintah untuk menghadirkan perumahan bagi pekerja informal.
“Sudah berlangsung sejak tahun 76 sampai sekarang. Itu untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MPR) dengan potongan bunga 6 persen.” jelas Sigit.
Bahkan kata Sigit, keberadaan rumah subsidi yang mendukung program tersebut laku keras di Sulawesi Selatan, “Selama 2022, pembelian rumah subsidi sudah melebihi target lebih dari 100 persen atau sekitar 105 persen. Di 2023 kita juga berharap bisa melebihi target. Karena ini misi dari pemerintah supaya masyarakat memiliki rumah,” bebernya.
Lebih jauh, kebutuhan rumah bagi sektor informal mencapai 7 hingga 8 juta keluarga. Ini khusunya pelaku UMKM.
“Untuk itu dihadirkan rumah subsidi dan rumah non subsidi harga seratus jutaan. Sistemnya bisa kolektif maupun perorangan. Segmen informal sudah diterapkan seperti pedagang dan Gojek atau Grab. Kita sudah ada kerjasama dengan Gojek dan sudah ada realisasinya.” ucap Sigit. (*)
Guna menjawab kebutuhan rumah masyarakat, BTN juga ikut menghadirkan aplikasi BTN Properti dimana masyarakat yang menginginkan hunian bisa mendownload aplikasi tersebut.
“Masyarakat bisa memilih atau sekedar melihat lihat, misalnya ingin rumah daerah mana, mereka juga bisa mendaftar jadi debitur.” jelas Sigit
Hadirnya program ini diharapkan Sigit dapat benar-benar membantu masyarakat. “Harapannya program yang sudah berlangsung selama 76 ini dapat terus terealisasi. Semoga BTN terus melaksanakan program ini dengan dukungan pemerintah sehingga backblog pemenuhan rumah dapat terpenuhi,” harapnya.
Program Rumah untuk Rakyat menjadi pengijabah mimpi bagi Akram. Baginya rumah adalah tempat paling aman yang mampu menaungi hingga masa tuanya. Dirinya berharap pedagang yang merintis usahanya dari nol mampu memanfaatkan program dari Bank BTN ini.