‘Untung atau Buntung’ Perekonomian Indonesia Dikupas Pada Diskusi Ekonomi PJI

  • Bagikan

MAKASSAR, BACAPESAN.FAJAR.CO.ID- Krisis keuangan, pangan dan energi global yang terjadi saat ini dan ditambah dengan tekanan inflasi menjadi jurang menuju resesi.

Hal tersebut membawa sejumlah lembaga internasional memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia hanya dikisaran 2,3 hingga 2,9 persen selama tahun 2023.

Proyeksi ini mengalami penurunan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dunia untuk tahun 2022 yang berada pada kisaran 2,8 -3,2 persen.

Asian Development Bank (ADB) pada bulan September lalu juga telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 dari 5,2 persen menjadi 5 persen.

Menanggapi wacana itu, Pengurus Daerah Perhimpunan Jurnalis (Pengda PJI) Sulawesi Selatan sebagai wadah berbagai awak media di Sulawesi Selatan sukses menggelar acara Diskus bertajuk Prospek Ekonomi Sulsel 2023 ‘Untung atau Buntung’ yang di rangkaian Konferensi Daerah IV PJI Sulsel yang diselenggarakan di Hotel Claro Makassar, Sabtu (11/2/2023) kemarin.

Diskusi yang dipandu Dewan Etik Perhimpunan Jurnalis Indonesia Pengda Sulsel, Suriani Mappong ini dihadiri ratusan peserta baik dari kalangan jurnalis, mahasiswa, pelaku usaha, Asosiasi Media, maupun Asosiasi Profesi lainnya.

Dalam kegiatan ini  Panitia Pelaksana menghadirkan sejumlah pembicara, masing-masing Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulsel, Causa Iman Karana yang biasa disapa Pak CIK yang didaulat menjadi pembicara pertama.

Kemudian Akhmad Nur Rizal selaku Pemimpin Divisi Ritel & Kredit Bank Sulselbar, Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Sulawesi Selatan, Yusuf Sandy, Amirullah Abbas perwakilan dari kalangan pengusaha serta asa dari kalangan pemerintah yakni Dinas Perdagangan Sulawesi Selatan yang diwakili oleh Kabid Perdagangan Luar Negeri, I Dewa Nyoman Mahendrajaya mewakili Kepala Dinas Perdagangan Sulsel.

Ketua Panitia Pelaksana Konferda IV PJI Pengda Sulsel, Echa Panrita Lopi mengatakan, penting peran jurnalis sebagai penguat amplifier kebijakan yang akan dikeluarkan baik oleh pemerintah, lembaga dan pengambil kebijakan lainnya agar perekonomian Indonesia bisa bertahan, pulih dan bahkan bangkit dari situasi yang serba belum pasti ini.

“Dalam rangkaian pelaksanaan Konferda IV PJI Pengda Sulsel ini, kami mencoba menghadirkan sejumlah pembicara dari berbagai kalangan pada Diskusi Ekonomi tersebut. Kami menghadirkan pembicara dari berbagai kalangan, ada pemerintahan, perbankan, pelaku industri dan pengusaha,”urainya.

Pembicara pertama, sejumlah pembicara, masing-masing Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulsel, Causa Iman Karana  memaparkan perkembangan ekonomi Sulsel.

“Ekonomi Sulsel tumbuh kuat sepanjang tahun 2022. Ekonomi Sulawesi Selatan pada triwulan IV 2022 tumbuh 5,11 persen dibanding tahun sebelumnya di periode yang sama,  atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada di diangka 5,68 persen (yoy),” Ujar causa

“Perlambatan terutama dipengaruhi kinerja ekspor yang terbatas seiring pelemahan ekonomi mitra dagang Sulsel. Meski demikian, konsumsi domestik terpantau tetap tumbuh kuat,”sambungnya

Causa menambahkan, hingga akhir 2022 sejalan dengan peningkatan mobilitas dan aktivitas ekonomi tercermin dari survei konsumen yang tetap optimis.

“Dengan perkembangan tersebut, ekonomi Sulawesi Selatan tahun 2022 tumbuh kuat sebesar 5,09 persen dari tahun sebelumnya seiring proses pemulihan ekonomi yang berlanjut,” tutur Causa

Ia juga memaparkan perkembangan ekonomi Sulawesi Selatan di tahun 2023. Tekanan Inflasi Sulsel pada Januari 2023 mereda seiring   normalisasi permintaan pasca HBKN Nataru.

“Inflasi gabungan 5 Kota IHK di Sulsel pada Januari 2023 tercatat sebesar 0,63 persen dibanding bulan sebelumnya, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya (0,71 persen dari bulan sebelumnya,”ujarnya.

Tekanan inflasi yang mereda terutama bersumber dari penurunan tarif angkutan udara seiring normalisasi permintaan dan harga bensin yang menurun pasca penyesuaian tarif BBM Non Subsidi pada awal Januari 2023.

“Di sisi lain, kondisi cuaca ekstrem menjadi kendala bagi pasokan Ikan segar dan sayuran. Sementara itu, inflasi tahunan pada Januari 2023 terpantau lebih tinggi, yaitu 5,83 persen dari tahun sebelumnya, meningkat dari 5,77 persen dibanding tahun sebelumnya pada Desember 2022,”imbuhnya.

Sementara itu, pembicara I Dewa Nyoman Mahendrajaya menyampaikan bahwa di tengah tekanan perekonomian global pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Triwulan IV 2022 tercatat 5,11 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,01persen

Sedangkan Akhmad Nur Rizal selaku Pemimpin Divisi Ritel & Kredit Bank Sulselbar di hadapan para peserta memberikan penjelasan terkait Bank Sulselbar dan persiapan bank Sulselbar di tahun 2023.

Ia juga memaparkan penyaluran UMKM dan KUR. Adapun total penyaluran Kredit UMKM Bank Sulselbar posisi Desember 2022 sebesar Rp 2,7 Triliun kepada 16.055 debitur.

“Total penyaluran KUR (Kredit Usaha Rakyat) Bank Sulselbar sampai dengan bulan Desember 2022 sebesar Rp 738 Miliar Triliun kepada 9.044 debitur,” ujarnya.

Ia juga memaparkan kesiapan Bank Sulselbar di Tahun 2023. Dari sisi funding, kenaikan suku bunga acuan (BI7DRR) menjadi sebesar 5,75 persen juga dibarengi dengan kenaikan suku bunga LPS.

“Hal ini membuat perbankan harus segera melakukan penyesuaian pada pricing fundingnya agar terhindar dan arus outflow nasabah utamanya nasabah korporasi,” tuturnya.

Dari sisi lending, kata dia kenaikan suku bunga acuan belum direspon secara cepat oleh bank Sulselbar dengan beberapa pertimbangan antara lain target pertumbuhan kredit, kemampuan debitur/calon debitur serta arah kebijakan pemerintah untuk tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional pasca pandemi.
Kemudian bank Sulselbar juga memaksimalkan peran dari Sentra UMKM dalam memberikan edukasi, pendampingan, pembinaan, literasi dan inklusi keuangan kepada para pelaku UMKM, bekerjasama dengan pihak ketiga dan Berkolaborasi, bersinergi dengan tim TPAKD (Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah) untuk mendorong inklusi dan literasi keuangan khususnya kepada para pelaku UMKM.

Bank Sulselbar juga akan tetap melakukan penyaluran kredit Konsumtif karena ini merupakan captive market/core bisnis Bank Sulselbar. 

“Hal ini diharapkan dengan tumbuhnya kredit konsumtif maka akan mendorong dan meningkatkan daya beli/ belanja masyarakat sehingga dapat mendorong sektor riil dan mempercepat pemulihan ekonomi,” jelas Akhmad.

Terakhir, Yusuf Sandy selaku Ketua IHGMA Sulawesi Selatan menyampaikan jumlah Hotel di Makassar maupun di Sulawesi Selatan. Di sela paparannya, Yusuf Sandy mengkampanyekan salah satu program terbaru dari Pemerintah kota Makassar yakni Makassar Kota Makan Enak. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version