MAKASSAR, BACAPESAN.COM – Eva Wahyuningsih, atau akrab dipanggil “Revha” yang saat ini menjabat sebagai Kepala BKN (Badan Kebudayan Nasional ) dari Partai PDI Perjuangan Sulsel dan pernah juga menjabat sebagai Kepala BAGUNA (Badan Penanggulangan Bencana) PDI Perjuangan Sulsel kembali mengikuti kontestasi 5 tahunan ini.
Sebelumnya ia pernah mengikuti di tahun 2019 dengan bendera yang berbeda dan dengan perolehan suara yang cukup tinggi untuk kabupaten kota sehingga suara yang diperoleh hanya selisih minim dengan teman yang duduk di parlemen saat ini. Revha mengatakan untuk maju lagi di kampung halamannya yaitu Luwu timur.
“Jadi sekarang mumpung masih muda, apalagi saya orang asli orang Lutim, sudah banyak hal yang bikin saya geregetan untuk dibenahi,” pungkasnya.
Meski banyak calon legislator (caleg) perempuan bermunculan jelang Pemilu Indonesia bulan Februari mendatang, kuota 30 persen untuk perempuan duduk di Dewan Perwakilan Rakyat masih belum terpenuhi.
Ada sejumlah alasannya, seperti caleg perempuan yang masih harus berjuang menghadapi hambatan yang dialami di dalam partainya sendiri, selain menangani masalah yang dialami warga di daerah pemilihannya (dapil).
Menurutnya, masih banyak partai yang belum sepenuhnya percaya dengan kemampuan perempuan, sehingga caleg perempuan yang menempati nomor urut teratas dalam kertas suara masih jarang.
“Mungkin karena perempuan dianggap tidak memiliki kemampuan secara kapital secara sosial, jadi ditempatkan dibawah pria,” ujar Revha.
Karenanya, Revha mengatakan caleg perempuan harus menunjukkan bahwa mereka punya kemampuan yang sama dan bukan sekedar untuk memenuhi kuota perempuan di parlemen.
Ia mengaku janji kampanye yang ia tawarkan tidak muluk-muluk, yakni ingin kembali ke dapilnya mengabdi kepada masyarakat
Tantangan terbesarnya saat ini adalah menyikapi kuatnya polarisasi di masyarakat jelang pemilu dan pilpres, apalagi di dapilnya isu suku, ras, dan agama masih ada, walaupun demikian itu bukan menjadi kendala buatnya.
“Saya katakan jangan pilih saya karena identitas agama atau suku saya, tapi pilih saya karena bapak ibu yakin saya bisa membawa perubahan yang lebih baik di dapil ini.”
Sebagai Kader lama di PDI Perjuangan Sulsel, di panggung politik ini ia mengaku optimis dan perlu bekerja keras lagi untuk lebih banyak lagi memperoleh suara dari suara sebelumnya, karena sebelum mengajukan berkas ia pun melakukan mini tracking di daerah pemilihannya
(Wotu-Burau) ternyata popularitas nya masih bagus.
Meski awalnya tak menyukai politik, ia yang saat ini melanjutkan kuliah S2 nya di Universitas Hasanudinmengaku terjun ke dunia politik di tahun 2018 hanya mau iseng-iseng tetapi ketika turun ke masyarakat begitu banyak permasalahan yang dialami masyarakat dan itu mendorong hatinya untuk maju di pileg 2019. Namun nasib berkata lain, niat baiknya belum memihak kepadanya ia kalah dengan selisih suara yang begitu minim, namun demikian kali ini ia siap bertarung lagi di pileg 2024. (*)