MAKASSAR, BACAPESAN.FAJAR.CO.ID– SimInvest sebagai platform investasi saham dan reksa dana online inovasi dari Sinarmas Sekuritas berkolaborasi dengan Smartfren sebagai perusahaan telekomunikasi terkemuka di Indonesia menggelar kegiatan literasi keuangan dan investasi.
Bertajuk ‘SimInvestival Goes to Office: Smart Investment for Long Haul’, kegiatan ini mengajak generasi 5G yang melek teknologi komunikasi canggih dalam mempersiapkan masa depan finansial yang lebih baik.
Pada sesi diskusi, salah seorang peserta seminar mengaku sudah memikirkan untuk pensiun, bahkan sejak awal memulai karirnya walaupun belum memiliki strategi spesifik untuk mencapainya. “Mulai kerja pertama kali tahun 2007, sejak pertama kerja sudah kepikiran untuk pensiun, alasannya karena ga mau hidup susah,” ujar Sabam Maruli, Distribution Journey Officer Smartfren.
Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas, Ike Widiawati mengamini ada banyak alasan orang pensiun, mulai dari pilihan hingga keterpaksaan.
“Usia pensiun di Indonesia itu 56 sampai 57 tahun itupun kalau kita bisa terus survive terus untuk bekerja di perusahaan, ada yang bahkan sebelum usia pensiun terpaksa berhenti bekerja karena berbagai alasan. Maka dari itu, kita harus memikirkan risiko-risiko tersebut agar punya keleluasaan dan ketenangan dalam menjalani hidup,” ujar Ike Widiawati. Kemudian,
Ike juga mengajak para peserta untuk mulai berinvestasi, mulai dari uang kecil, lalu besarannya dinaikkan secara bertahap. Jika untuk perencanaan pensiun, maka instrumen investasi yang dipilih diprioritaskan sisi keamanannya untuk jangka panjang.
Dalam seminar, Head of Strategic and Business Development Sinarmas Sekuritas, Eyfrel Likuajang menjelaskan bahwa salah satu hambatan dalam merencanakan keuangan adalah tergiur iming-iming keuntungan yang besar, seperti yang dialami banyak korban investasi palsu atau investasi bodong.
“Sebagian besar korban terbuai dengan iming-iming imbal hasil besar dan berpikir bahwa ada cara cepat mendapat keuangan. Ciri khas dari investasi bodong ini antara lain: iming-iming imbal hasil yang pasti dan tidak masuk akal, tidak ada izin usaha, dan biasanya menggunakan skema ponzi atau money game,” jelas Eyfrel.
Sementara, Chief Investment Officer Sinarmas Asset Management, Genta Wira Anjalu menjelaskan bahwa dalam berinvestasi ada banyak strategi yang dapat disesuaikan dengan profil risiko dari masing-masing investor.
“Investasi adalah lawan dari inflasi. Lantas Instrumen investasi apa yang paling baik, Berdasarkan kinerja tahun 2009 sampai 2019, maka saham memiliki return paling tinggi 11,7 persen p.a, disusul obligasi 9,88 persen p.a, emas -3.62 persen p.a, serta deposito 5 persen p.a. Meski demikian dari total lebih dari 700 emiten di pasar modal hanya 30 persen di antaranya yang memberikan return lebih tinggi dari IHSG. Untuk itu pentingnya menimbang kembali profil risiko masing-masing untuk menyesuaikan dengan tujuan keuangannya,” pungkas Genta. (*)