MAKASSAR, BACAPESAN.FAJAR.CO.ID — Program pembinaan dan pendampingan bagi kelompok tani yang digagas Taiwan International Cooperation and Development Fund (Taiwan ICDF) bersama Center of Excellence (CoE) Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin secara berkelanjutan dilakukan. Mulai dari proses pendampingan di lapangan, hingga pembinaan metode pertanian melalui pelatihan-pelatihan yang secara berkala.
Kali ini pihaknya kembali menggelar pelatihan benih padi kepada kelompok tani binaan yang masuk dalam wilayah kerja program. Antara lain, Kota Parepare, Kabupaten Gowa, Sidrap, Pinrang, Barru, Wajo, Soppeng, Luwu Utara, dan Bone.
Ketua Center of Excellence (CoE) Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin Prof. Yunus Musa mengatakan, pada pelatihan kali ini diikuti sebanyak 40 orang peserta. Mereka terdiri dari petani, asisten, dan dinas terkait. Kegiatan ini pun berlangsung sejak 26 hingga 28 Mei 2023 mendatang.
Pembinaan pada pelatihan tersebut pun diberikan langsung dari narasumber-narasumber yang ahli dibidangnya. Mulai dari ahli sosial-ekonomi, ahli budidaya padi, ahli hama, ahli klimatologi dan ahli kelembagaan, sehingga sudah mencakup semuanya.
“Kegiatan yang berlangsung hari ini memang kita lakukan secara berkala dan merupakan bagian dari program pembinaan yang ada. Tujuannya untuk memberikan pengetahuan baru kepada petani bagaimana menghasilkan benih bermutu dan berkualitas, sehingga sasaran dan tujuan dari program ini yaitu petani yang mampu menciptakan benih mandiri bisa kita capai,” katanya di sela-sela Pelatihan Penangkaran Benih Padi Tahun 2023 (Program II) di Swiss-Beliin Panakukang, Makassar, Sabtu (27/05/2023).
Ia mengungkapkan, program kerjasama antara Taiwan ICDF dengan Fakultas Pertanian Unhas ini telah berlangsung selama enam tahun atau dalam dua tahapan. Pada tahap pertama dimulai sejak 2018 hingga 2020, kemudian dilanjutkan pada tahap kedua di 2021 hingga 2023. Selama masa berjalannya program telah melakukan pendampingan kepada kelompok petani di 400 hektare (Ha) lahan pertanian dengan jenis komoditas padi.
“Program pembinaan kepada petani ini akan berakhir di tahun ini. Selama enam tahun dilakukan pendampingan dan pembinaan kepada petani tentunya sangat memberikan manfaat yang positif kepada petani karena sangat memberikan kontribusi dalam menghasilkan benih berkualitas yang juga berdampak pada hasil produksinya,” terang Prof Yusuf.
Sementara, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Salengke mengungkapkan, secara umum ada dua aspek yang dapat dilihat dari kerjasama tersebut. Pertama, adanya pola pengembangan kapasitas yang di dalamnya bukan hanya untuk pengembangan kapasitas petani, tetapi kapasitas dosen-dosen yang ikut terlibat dalam program.
“Ini sangat bisa kita lihat, terutama di dalam produksi benih berkualitas. Di mana sangat terlihat kalau kita bandingkan dari awal program dengan akhir program itu sangat berbeda,” ujarnya.
Kedua, jika dilihat dari kapasitas produksi benih dari sekitar 400 Ha lahan yang dibinah mengalami peningkatan dibandingkan sebelum dilakukannya pembinaan, termasuk pada jumlah kelompok tani dan daerah binaan.
“Jadi tiap tahun itu meningkat karena memang animo petani, maupun penangkar benih ini semakin meningkat. Karena dia melihat bahwa kualitas benih itu sangat baik,” ujarnya.
Lanjut Prof, pelatihan ini pun tentunya akan memberikan manfaat bagi petani agar bisa menghasilkan benih berkualitas.
“Kami mengakui selama kerjasama ini berlangsung ada banyak hal-hal baru yang kita pelajari dan kembangkan bersama. Dari kerjasama ini juga kita sudah melihat, bahwa petani kita sudah mampu menghasilkan benih berkualitas,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Ketua Kelompok Tani Syukur, Desa Timosu, Kecamatan Liiliriaja, Kabupaten Soppeng Misbahuddin sebagai peserta pelatihan mengaku, dalam pendampingan yang dilakukan CoE Fakultas Pertanian Unhas dan Taiwan ICDF pihaknya mendapatkan banyak pembinaan dan kegiatan-kegiatan pelatihan. Mulai dari, pembinaan mengelola lahan dengan sempurna, proses menanam padi dengan baik, langkah-langkah pengendalian hama dan penyakit, dan termasuk pemilihan benih yang baik.
“Sejak adanya program ini kami petani di Kabupaten Soppeng sangat bersyukur, karena kita bisa belajar mengenai teknologi pertanian. Apalagi kita diajari oleh orang-orang berkualitas di bidangnya. Sehingga, ini sangat memberikan peningkatan hasil produksi yang signifikan dan berdampak bagi taraf hidup petani yang meningkat,” akunya singkat.
Sebelumnya, Specialist of Taiwan Technical Mission in South Sulawesi, Yi-Cheng Huang mengatakan, dalam pelatihan ini pihaknya ingin memperkenalkan atau memberikan pengetahuan atau teknik baru kepada petani untuk membantu mereka meningkatkan produksi dan juga manfaat lainnya dalam peningkatan produktivitas petani.
“Kita ketahui tujuan penangkaran benih ini adalah petani mampu menghasilkan benih yang berkualitas. Dengan benih berkualitas ini maka petani tentunya bisa meningkatkan kualitas dan produksi,” katanya.
Ia mengungkapkan, program kerjasama antara Taiwan ICDF dan CoE Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin ini telah berlangsung di tahap kedua atau telah berjalan selama 6 tahun. Hasil dari kerjasama melalui pendampingan dan pembinaan kepada kelompok petani ini sudah berhasil meningkatkan keuntungan sebanyak 20 persen.
“Peningkatan ini, baik dari segi produksi maupun pendapatan bagi petani. Kemudian untuk jangka panjangnya kami harap benih berkualitas yang kita hasilkan bisa membantu memenuhi kebutuhan benih di Indonesia,” harap Yi-Cheng Huang. (*)