“Tetap ada keinginan maju di Pilgub. Melalui partai mana, nantinya akan terjawab. Politik itu tafsiran. Saya harus banyak belajar politik,” ujar wali kota berlatar belakang arsitek tersebut.
Danny tak spesifik mengungkap alasannya mundur dari NasDem, selain keluarga dan politik. “mundur berkaitan dengan Pilpres? Saya kira itu pilihan pribadi. Tapi, itu bukan satu-satunya alasan,” sambung dia.
Danny mengatakan tidak perlu memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai alasan politik, apalagi hal ini telah menjadi perbincangan di kalangan masyarakat luas.
“Secara politik, saya kira sudah tidak perlu saya jelaskan karena sudah jadi perbincangan warung kopi,” kata Danny.
Danny mendukung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Dukungan itu bertolak belakang dengan sikap politik Partai NasDem yang mendeklarasikan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai jagoan di Pilpres 2024.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Profesor Armin Arsyad menilai dalam menghadapi kontestasi politik, semua hal itu bisa terjadi.
“Saya melihat langkah Danny keluar dari NasDem, mungkin implikasi dari NasDem keluar dari koalisi usung capres,” kata Armin.
Menurut Armin, Danny juga bisa beralasan tengah mempersiapkan diri untuk maju di Pilgub Sulsel tapi tidak melalui Partai NasDem. Dia mengatakan, Danny punya peluang besar maju di Pilgub Sulsel, dengan syarat mencari figur pasangan asli Bugis Makassar yang elektabilitasnya juga tinggi.
Direktur Eksekutif Parameter Publik Indonesia Ras Md menuturkan keputusan Danny Pomanto mundur dari partai yang telah mengantarkannya di Pilwalkot 2020 tentu menjadi perbincangan besar. Kata dia, Partai NasDem dan Danny punya sejarah yang terjalin sangat erat karena mengusung pencalonannya di Pilwalkot 2020.
“Tentu, NasDem sebagai partai politik berharap Danny Pomanto punya kontribusi riil terhadap partai yang telah memperjuangkan dirinya di tengah gempuran rival politiknya saat itu,” kata Ras.