MAKASSAR, BACAPESAN.COM – Penerbit Indonesia Emas Group (IEG) mendapatkan perlakuan tidak profesional dari seorang yang diduga guru ASN di Kota Parepare.
Direktur Penerbit IEG, Rahmat Fadhli mengaku, merasa ditipu oleh guru SMP yang juga diklaim sebagai dosen luar biasa IAIN Parepare tersebut. Sebab, si guru tersebut dinilai tidak profesional dan ingkar dalam melakukan perjanjian bisnis.
Rahmat menceritakan, oknum guru tersebut awalnya berjanji akan menerbitkan bukunya di Penerbit IEG. Sehingga antara penerbit dan penulis sudah sepakat dengan skema pembayaran yang telah disepakati bersama.
Singkat cerita, penulis kemudian mengirimkan naskahnya yang berjudul ‘Di Balik Dinding Kita Bercerita’ untuk diedit terlebih dahulu oleh pihak IEG. Rahmat pun menyanggupi dan tidak meminta uang muka.
“Karena si guru ini mengaku sebagai senior saya dan satu organisasi saat saya di kampus ketika S1 di Makassar,” kata Rahmat, dalam tulisannya yang diterima, pada Jumat (28/7).
Rahmat bersama tim akhirnya mengedit naskah milik si guru itu setebal 320 halaman. Selesai pengerjaan pengeditan, kata Rahmat, tiba-tiba si guru itu ‘mengelak’ dan seolah-olah mempertanyakan terkait komitmen fee yang sebelumnya sudah disepakati bersama.
Ia mulai tak memberi kabar hingga putus kontak dengan pihak IEG. Justru, lanjut Rahmat, setelah tak ada kabar, si guru tetiba mengunggah foto bukunya tersebut (yang diterbitkan oleh penerbit lain) di akun
media sosialnya, termasuk di Group WhatsApp yang juga ada dia di dalamnya.
“Saya langsung konfirmasi kepada yang bersangkutan, apakah menggunakan naskah editan kami atau bukan? Dan yang bersangkutan sampaikan saat itu, naskah yang dikirimkan ke penerbit lain adalah naskah original dia,” terangnya.
“Saya kemudian mencocokkan pengakuan yang dibuat dengan membeli buku dari penerbit tersebut dan saya menemukan fakta bahwa yang bersangkutan menggunakan hasil editing saya dan tim IEG tanpa memberikan apresiasi kepada kami, baik itu berupa rekognisi nama editor ataupun yang bersifat materil. Bahkan ucapan terima kasih pun tak ada. Padahal untuk mengedit naskah tersebut saya telah mengorbankan waktu, tenaga dan pekerjaan sosial saya yang lain,” lanjut Rahmat yang merupakan salah satu fasilitator di Kemendikbudristek itu.
Menurut Rahmat, sebagai seorang tenaga pendidik, sikap yang ditunjukkan oleh si guru tersebut tidaklah layak untuk diteladani. Bahkan, cukup memalukan untuk seorang guru dan mengaku sebagai penulis.
“Dia berbohong kepada saya dan juga penerbit yang menerbitkan bukunya,” sesal Rahmat.
Kendati demikian, Rahmat mengaku tak mau lagi memperpanjang kasus ini. Ia hanya ingin menyampaikan kepada publik, bahwa tak sepantasnya seorang guru dan penulis melakukan tindakan tercela, demi keuntungan pribadinya tanpa mengapresiasi pihak yang membantu menyukseskan karyanya.
“Ketika Anda membatalkan secara sepihak, maka Anda telah melanggar komitmen di antara kita. Anda juga telah menodai integritas yang menjadi nilai utama dalam dunia intelektual. Ingat, penulis adalah intelektual. Seorang intelektual harus jujur, berintegritas, dan patuh pada komitmen,” tegas lulusan kampus S2 luar negeri Amerika Serikat itu.
Selain itu, ia juga mengingatkan kepada perusahaan penerbit lainnya di luar sana, untuk tidak mudah percaya kepada orang dalam menjalankan bisnis, termasuk ke pihak keluarga.
“Bisnis adalah bisnis. Jangan lagi melibatkan pendekatan personal atas nama bisnis yang dapat berpotensi merugikan bisnis kita,” pungkasnya. (*)