Anno pun bercerita bahwa pada awal reformasi ketika pemerintahan orde baru beralih ke reformasi, maka terjadilah keterbukaan termasuk keberadaan radio di Indonesia. Dimana yang sejak orde baru lebih berfungsi sekadar hobi dan menyiarkan lagu atau musik.
“Namun, setelah reformasi, saya melihat ada celah bahwa radio-radio swasta di Indonesia harus ikut pula merasak reformasi yakni berfungsi sebagai media dan informasi, bukan sekedar menyiarkan musik. Setidaknya seperti dengan radio siaran atau radio swasta di luar negeri. Maka saya pun hijrah dari media cetak ke media radio,” beber Anno yang memulai pendidikan jurnalistiknya di UKPM Unhas ini.
Berangkat dari hal itu, Anno pun menjadi reporter di radio Smart FM Makassar.
“Saya tak peduli dengan gaji yang ditawarkan ke saya pada saat itu. Saya terima saja, karena ini adalah tantangan. Bagaimana merubah mindset publik tentang radio dari yang sekedar mendengar musik tetapi berfungsi sebagai penerima infomasi,” kata mantan Station Manager Smart FM Makassar ini.
“Saat itu saya kepikiran bahwa sebenarnya fungsi radio itu, jauh lebih bermanfaat ketimbang media lainnya. Bayangkan ketika perang dunia satu dan perang dunia dua dimana fungsi radio menjadi media yang melaporkan perkembangan perang internasional pada saat itu. Dan publik dunia menanti setiap saat melalui radio. Termasuk zaman penjajahan dan kemerdekaan di Indonesia. Bagaimana peran radio sangat signifikan. Maka pada saat itu saya berpikir bahwa radio harus kembali ke khittah. Dan saya akan terjun ke dunia radio apapun risikonya,” tambah mantan Korlip Tabloid Fokus ini.
Dari hal itu, Anno yang menjadi pengurus Aliansi Jurnalis Independen AJI Kota Makassar Periode 1999-2013 ini, membangun jaringan dengan radio-radio berita di Indonesia. Beberapa diantaranya ARH, Trijaya FM, dan Radio Netherland Belanda.
“Lalu kemudian saya pun menjadi salah satu stringer tetap radio BBC London. Di sini saya belajar tentang sikap dan prinsip menjdi jurnalis. Dua kali dalam setahun seluruh kru se-Asia dan Australia dipanggil ke Jakarta untuk mengikuti in-house BBC yang trainernya berasal dari Inggris,” ucap Anno yang menjadi Stringer BBC London Siaran Indonesia 1999-2002 ini.
Ketika di radio BBC, Anno membeberkan dirinya memiliki dua pengalaman sangat berkesan. Pertama ketika markas BBC di London menunggu hasil laporan tentang mereportasekan proses perdamaian Poso di Malino, Gowa.