MAKASSAR, BACAPESAN.COM – Merantau lah maka kau akan temui hal besar yang tidak pernah kau temui di sekitar mu. Sebuah kalimat yang mengantarkan Alwi Mahmud Bin Yahya atau yang kerap disapa Daeng Awi menjemput kesuksesan sebagai pengusaha ikan nila.
Bukan perkara mudah Daeng Awi memulai bisnisnya, perlu guru kehidupan berpuluh tahun untuk mencapai titik ini. Ia menyebutnya pengalaman.
Dimulai pada tahun 2007, Daeng Awi memutuskan menjajal kerasnya Ibu kota. Ke Jakarta hanya berbekal nekat bersama beberapa orang teman. Tidak seperti teman teman seperjuangannya yang memutuskan melamar kerja di Jakarta, Daeng Awi memilih menjelajahi berbagai daerah bahkan perkampungan, mempelajari kebutuhan masyarakat kemudian memilih jalan berdagang. Modal dagangannya ia peroleh dari menjual motor kesayangannya di kota Daeng, Rp6 juta waktu itu motornya di hargai, Rp 1 juta diberikan kepada ibunya dan selebihnya untuk modal.
“Waktu itu saya berkeliling di kampung Melayu, kemudian saya melihat ada majelis besar dengan ribuan orang disitu saya kepikiran berjualan baju muslim. Waktu itu saya beli Rp15 ribu kemudian saya jual Rp100 untuk 3 baju. Disitu saya mulai mendapatkan untung,” ucapnya di fodcast Rakyat Sulsel Selasa (19/09)
Bukan Daeng Awi namanya jika berpuas diri, keuntungan yang di dapat saat berjualan baju selama lima tahun ia gunakan untuk memulai usaha baru. Ia lantas membeli truk untuk di sewakan di Tanjung Priok.
Entah memang mujur, Daeng Awi kemudian ketiban berkah. Kemampuan sosialnya mampu membawa ia menjadi selebriti. Dimulai dengan perkenalannya dengan beberapa pemeran film di sebuah warkop, Daeng Awi lantas diajak menjadi pemeran pendukung. Tentu dengan modal nekat, namun ia lantas membekali diri dengan sekolah acting hingga mampu membintangi beberapa serial FTV di tahun 2018.
“Saat itu saya juga saya pikir lumayanlah ada mainan baru,” pungkasnya.
Masa pandemi yang merubah segalanya, karir Daeng Awi terpaksa harus berhenti. Petarung dari tanah Mangkasara ini terpaksa harus mengakui dirinya tumbang diterjang virus covid 19 yang saat itu tidak hanya merenggut harta bahkan nyawa sekalipun. Daeng Awi memutuskan memboyongnya keluarga kecilnya kembali ke tanah kelahiran, tanah Makassar.
Ditengah kondisi darurat kesehatan, dan perekonomian yang terjun bebas, Daeng Awi masih memiliki rasa malu kepada istri, pantang laki-laki tak memberi nafkah. Maka berbekal pengalaman di sebuah kampung di Jakarta dan kemampuannya belajar otodidak, Daeng Awi memutuskan membuat empat kolam ikan di halaman rumah.
Benar saja, tidak ada usaha yang sukses tanpa cibiran dari sekitar namun yang namanya pejuang pantang pulang sebelum menang, Ia kemudian menyelesaikan pembuatan kolam ikan dan memulai ternak ikan nila.
“Awalnya banyak yang bilang, mau ko apa itu? Apa mau mu bikin? Tapi Alhamdulillah saya bisa memulai ternak ikan nila dan saat ini sudah ada hasilnya,” Ujar Daeng Awi.
Kesuksesan Daeng Awi menantang kerasnya kehidupan dari ibu kota hingga kembali ke tanah kelahiran membuktikan tidak ada kata sia-sia dalam perjuangan.
Dirinya juga berpesan kepada anak muda untuk tidak menyerah dan terus berjuang.
“Jadi ada kata dari seorang Seniman Irak kepada seorang raja ketika diminta memberikan sebuah kata singkat yang bisa menjadi pegangan yaitu ‘Semua Pasti berlalu’. Apapun keadaanya mau susah mau senang semua akan berlalu,” ucapnya.
Terakhir Daeng Alwi mengajak anak muda untuk merantau sebab guru paling hebat adalah pengalaman.
“Merantau itu penting sekali, banyak hal-hal yang kita bisa temukan kalau kita merantau. Mungkin kita tidak biasa lihat di tempat kita, tapi bisa di lihat di luar sana,” tutupnya. (Hikmah/B)