PAREPARE, BACAPESAN.FAJAR.CO.ID – Sri Wahyuni (19), pada suatu hari merasakan sakit yang luar biasa di sisi kanan perutnya bagian bawah. Kondisi ini diperparah dengan mual dan muntah. Melihat kondisi ini, Yuni, begitu ia biasa dipanggil, meminta bantuan ke sepupunya yang kebetulan berada di rumah untuk segera mengantarnya ke rumah sakit. Setibanya di UGD, Yuni segera mendapatkan perawatan.
Sementara dirawat, keluarga Yuni mengurus administrasi pendaftaran di rumah sakit termasuk BPJS Kesehatan. Hal ini sangat disadari oleh Yuni dan keluarga agar biaya pelayanan kesehatan yang akan dikeluarkan semuanya ditanggung oleh program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan.
Dari hasil pemeriksaan di UGD, Yuni didiagnosa menderita usus buntu. Dan dokter yang menangani menyarankan agar Yuni segera dioperasi. Ditemui Tim Jamkesnews pada Kamis (21/09) di Kantor Cabang Parepare, Yuni menceritakan pengalamannya ketika harus menjalani operasi usus buntu.
“Saya bersyukur operasi berjalan lancar. Saya rawat inap sekitar enam sampai dengan tujuh hari setelah dioperasi,” kata Yuni.
Yuni menceritakan bahwa kondisi usus buntu ini, sebelum dioperasi, sudah lama dia rasakan. Saat itu dia belum terdaftar sebagai peserta JKN.
“Saat itu saya hanya melakukan cek rutin membayar sendiri. Tapi melihat kondisi kesehatan saya yang terus berulang, saudara menyarankan agar saya segera mendaftar menjadi peserta JKN,” lanjut Yuni.
Akhirnya di tahun 2021, Yuni yang saat ini aktif sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris di salah satu perguruan tinggi di Kota Parepare, mendaftarkan dirinya pada segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) pada kelas tiga.
“Sebelumnya saya pernah rawat inap juga karena sakit tipes. Saat itu saya belumm menjadi peserta JKN dan harus membayar sekitar tujuh juta rupiah. Saya bersyukur saat rawat inap setelah operasi usus buntu, saya sudah terdaftar sebagai peserta JKN sehingga tidak ada biaya perawatan yang perlu saya keluarkan,” terang Yuni.
Yuni menyampaikan bahwa pelayanan yang diterima selama rawat inap di rumah sakit sangat memuaskan, baik dokter maupun perawat yang menanganinya di rumah sakit sangat ramah dan perhatian dengan kondisi kesehatannya.
“Dokter dan perawat yang menangani saya di rumah sakit sangat bagus dan perhatian. Saya merasa tenang selama rawat inap,” kata Yuni.
Terkait inovasi pelayanan yang terus dikembangkan oleh BPJS Kesehatan, Yuni sangat mengapresiasi adanya Aplikasi Mobile JKN. Menurutnya keberadaan aplikasi ini memudahkan masyarakat untuk melakukan pengecekan status kepesertaan dan jika ingin pindah fasilitas kesehatan yang lebih dekat dengan tempat tinggal.
“Saya sudah mencoba Aplikasi Mobile JKN. Saya pertama kali dikenalkan oleh sepupu saya. Menu yang pernah saya coba adalah pindah fasilitas kesehatan. Sebelumnya saya terdaftar di Kabupaten Soppeng. Karena sedang kuliah di Parepare, saya pindahkan ke Parepare,” kata Yuni.
Yuni menceritakan bahwa dulu dia enggan untuk melakukan pengurusan administrasi ke kantor BPJS Kesehatan karena lokasi rumahnya yang cukup jauh. Ia harus memikirkan waktu dan biaya yang akan ia keluarkan.
“Saya sangat bersyukur dengan berbagai kemudahan yang disuguhkan oleh BPJS Kesehatan saat ingin mengakses layanan administrasi. Tidak perlu berkunjung ke kantor, cukup mengunduh aplikasi Mobile JKN pada telepon genggam yang bisa diakses kapan pun dan di mana pun,” tambahnya.
Di akhir wawancara, tidak lupa Yuni berterima kasih kepada BPJS Kesehatan dan pemerintah atas program yang luar biasa manfaatnya. Dirinya mengharapkan BPJS Kesehatan terus berlanjut sehingga dapat terus menjamin masyarakat membutuhkan akses pelayanan kesehatan yang terjangkau.
“Terima kasih juga kepada BPJS Kesehatan dan Pemerintah yang telah menghadirkan program yang baik ini, sehingga kami bisa mendapatkan layanan kesehatan tanpa khawatir akan biaya yang mahal,” tutup Yuni. (***)