MAKASSAR, BACAPESAN.COM – Fenomena El Nino beberapa bulan belakangan berdampak pada sistem kelistrikan di Sulawesi Selatan yang mengalami gangguan.
Pasalnya, sistem kelistrikan di Sulawesi Selatan banyak bergantung pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), sedang debit air di berbagai daerah naungan PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat mulai berkurang.
PLN Unit Induk Wilayah Sulbagsel mengungkapkan, kurangnya debit air mengakibatkan kemampuan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) turun sekitar 75 persen dari 850 Megawatt (MW) menjadi 200 MW. Padahal kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan saat ini sangat bergantung terhadap debit air karena 33 persen pembangkitnya berasal dari PLTA.
Hingga kini, sistem kelistrikan Sulawesi bagian Selatan banyak dipasok oleh pembangkit yang berasal dari EBT, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso berkapasitas 515 MW, PLTA Bakaru berkapasitas 126 MW, PLTA Malea berkapasitas 90 MW Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap berkapasitas 70 MW, PLTB Tolo berkapasitas 60 MW. Adapun bauran energi baru terbarukan di sistem kelistrikan Sulbagsel sebesar 45.8 persen.
General Manager PLN UID Sulselrabar, Moch. Andy Adchaminoerdin menjelaskan, berbagai upaya terus dilakukan mulai dari Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) khususnya di daerah aliran sungai lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Air.
“Upaya ini telah membuahkan hasil di mana hujan sudah turun di beberapa lokasi PLTA, harapannya debit air dapat terus bertambah dan suplai listrik bisa kembali normal,” ucapnya.
“Selain itu relokasi pembangkit dari beberapa wilayah tersebar di Indonesia juga terus dilakukan. Pembangkit tersebut akan memasok tambahan daya sebesar 85 Megawatt (MW) dan diharapkan dapat segera membantu sistem kelistrikan di Sulbagsel. Tim ahli pembangkitan juga turut didatangkan ke Makassar untuk mengakselerasi penormalan pasokan listrik,” tambah Andy