PAREPARE, BACAPESAN.FAJAR.CO.ID– Salah satu tujuan dari adanya program Jaminan Pelayanan Kesehatan (JKN) adalah memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, baik di tingkat pertama seperti puskesmas, klinik atau dokter umum hingga ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan seperti rumah sakit.
Selama sesuai prosedur dan diatur dalam regulasi, seluruh penyakit dapat ditanggung Program JKN. Mulai dari yang ringan sampai dengan yang membutuhkan penanganan dokter spesialis berbiaya mahal. Tentunya pelayanan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit jika harus ditanggung sendiri oleh pasien. Hal inilah yang menjadi perhatian Gustap (28), salah satu peserta program JKN, ketika ditemui Tim Jamkesnews di Kantor Cabang Parepare, Selasa (24/10).
“Biaya kesehatan itu sangat mahal. Tidak hanya penanganan oleh tenaga medis di fasilitas kesehatan, tetapi juga kebutuhan di luar itu seperti alat kesehatan dan obat. Dulu kasihan orang yang tidak mampu ketika sakit, tidak bisa ke puskesmas atau rumah sakit karena tidak punya uang untuk berobat,” kata Gustap.
Gustap sangat bersyukur adanya program JKN yang dibuat oleh pemerintah, dengan BPJS Kesehatan sebagai penyelenggaranya.
“Sekarang ada program JKN, yang sifatnya gotong royong. Di mana yang sehat mambantu yang sakit. Dengan iuran yang terbilang kecil dan terjangkau, masyarakat jadi tidak perlu khawatir untuk pergi berobat kalau tiba-tiba sakit,” lanjut Gustap.
Sebagai peserta yang terdaftar sejak tahun 2018, ia sempat beberapa kali memanfaatkan kartu JKN untuk berobat ke Puskesmas karena sakit kepala dan telinga. Ia bergegas ke Puskesmas Cempae tempatnya terdaftar agar sakitnya tidak semakin parah dan dapat diobati dengan tepat.
“Alhamdulillah, saya dilayani dengan baik dan diberikan obat yang meredakan sakit saya,” kata Gustap.
Dan yang terpenting menurut Gustap adalah tidak ada biaya yang harus dikeluarkan untuk berobat. Hal lain yang menjadi perhatian Gustap terkait pelaksanaan program JKN yang akan memasuki tahun kesepuluh adalah bagaimana inovasi, khususnya yang terkait dengan digitalisasi, yang dilakukan oleh seluruh pihak-pihak yang terlibat di dalam program ini. Mulai dari pemerintah, penyedia fasilitas kesehatan, hingga BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara. Seluruhnya harus memiliki semangat yang sama dalam memberikan pelayanan terbaik ke masyarakat.
“Saat ini adalah jaman digitalisasi. Jadi sangat penting untuk mengembangkan inovasi berbasis teknologi yang tujuannya adalah memberikan kemudahan bagi peserta JKN,” lanjut Gustap.
Gustap menyebutkan inovasi yang menarik perhatiannya adalah aplikasi mobile JKN. Awalnya dia mengetahui aplikasi ini dari tantenya di rumah.
“Waktu itu saya lagi mau cek status kepesertaan saya. Kebetulan ada tante yang sudah pernah mengunduh aplikasi mobile JKN. Dia sampaikan ke saya untuk mengunduhnya juga. Setelah diunduh, saya jadi mudah untuk mengecek status kepesertaan JKN saya,” lanjut Gustap.
Lebih lanjut melalui aplikasi mobile JKN, Gustap juga melakukan beberapa perubahan data. “Kemarin saya melakukan perubahan data antara lain alamat email dan nomor telepon. Awalnya saya agak susah menggunakannya. Tapi setelah diajarkan cara menggunakannya, saja bisa sendiri,” kata Gustap.
Di akhir wawancara Gustap menyampaikan harapannya terkait program JKN. Menurutnya program ini harus terus dipertahakan. Inovasi seperti aplikasi mobile JKN harus terus dikembangkan agar lebih banyak lagi masyarakat mendapat kemudahan dalam pelayanan.
“Kedepannya saya berharap ada inovasi-inovasi lain yang dapat memberikan kemudahan masyarakat dalam mendapatkan informasi dan juga menyampaikan dan mendapatkan solusi cepat jika ada keluhan yang disampaikan,” tutup Gustap. (***)