PAREPARE, BACAPESAN.FAJAR.CO.ID – Ada masa di mana masyarakat Indonesia takut untuk berbicara tentang kesehatan, khususnya terkait pengobatannya, mengingat pada saat itu setiap orang sakit yang membutuhkan penanganan di fasilitas kesehatan harus membayar biaya pelayanan kesehatan dari kantongnya masing-masing.
Namun hal itu berbeda sejak 01 Januari 2014 yaitu awal dimana program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan mulai beroperasi. Hal inilah yang dirasakan oleh Nilam Cahya (25), yang biasa dipanggil Nilam, ketika bercerita kepada Tim Jamkesnews, Senin (30/10) di Kantor Cabang Parepare.
“Sekarang ini berobat itu mudah dan murah. Orang tidak lagi takut harus mengeluarkan uang sendiri untuk membayar jasa pelayanan kesehatan ketika berobat,” kata Nilam.
Nilam terdaftar sebagai peserta program JKN sejak 2014. Saat itu kepesertaanya masih berada di segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan ikut di kartu keluarga orang tua
Nilam pernah menjalani rawat inap di rumah sakit di tahun 2017 ketika dirinya masih berstatus sebagai mahasiswi. Saat itu dia mengalami mual dan pusing selama dua hari, yang membuat kelurganya segera membawanya ke UGD rumah sakit.
“Dari hasil pemeriksaan dokter, saya divonis asam lambung. Memang pada saat itu saya sering terlambat atau bahkan tidak makan, sering begadang, mengerjakan tugas-tugas kuliah yang menumpuk,” kata Nilam.
Ketika itu Nilam dirawat selama tiga hari dua malam, sebelum akhirnya diperbolehkan pulang oleh dokter yang memeriksanya setelah melihat kondisinya yang telah pulih dan membaik.
“Pelayanan yang diberikan baik oleh dokter maupun perawat pada saat saya dirawat sangat baik dan memuaskan. Obat yang perlu saya konsumsi diantarkan serta ruangan yang bersih membuat pasien yang berada di sana merasa nyaman,” lanjut Nilam.
Sekarang ini Nilam sering memanfaatkan kartu JKN untuk memeriksakan kandungannya yang telah memasuki bulan kelima.
“Saya menikah bulan April kemarin. Awalnya saya ikut suami yang bertugas ke Depok. Tapi karena niat untuk lahiran di Parepare, makanya saya sekarang pindah ke sini dengan orang tua. Karena itu juga saya ke kantor BPJS Kesehatan hari ini untuk mengubah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) saya yang sebelumnya di Depok menjadi di Parepare,” ujar Nilam.
Selain menceritakan pengalamannya memanfaatkan kartu JKN untuk berobat, Nilam juga mengapresiasi peningkatan pelayanan yang saat ini dilakukan oleh BPJS Kesehatan. Salah satunya adalah adanya Aplikasi Mobile JKN yang telah digunakannya sejak bulan Mei yang lalu. Menurutnya aplikasi ini sangat membantu yaitu dengan adanya KIS Digital. Menurutnya hal ini menunjukkan bahwa BPJS Kesehatan telah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang serba digital.
“Saya sangat senang memanfaatkan kartu digital ketika pergi berobat ke fasilitas kesehatan. Saya dapat info tentang aplikasi ini dari rumah sakit di Depok, pada awal-awal pemeriksaan kehamilan saya,” terang Nilam.
Informasi yang sangat bermanfaat menurut Nilam yang bisa dia peroleh dari Aplikasi Mobile JKN adalah adanya riwayat pemeriksaan.
“Dengan adanya informasi riwayat pemeriksaan, saya bisa menjadwalkan dengan baik kapan sebaiknya saya melakukan pemeriksaan kembali. Sekaligus di dalam menu riwayat pemeriksanaan tersebut, dapat saya lihat kembali catatan-catatan yang pernah dibuat oleh dokter yang memeriksa saya. Initnya aplikasi ini sangat bagus,” puji Nilam.
Menutup wawancaranya dengan Tim Jamkesnewas, Nilam berharap Program JKN ini dapat terus berlangsung dan memberikan manfaat yang lebih banyak lagi masyarakat Indosesia.
“Saya sudah melihat dan merasakan sendiri bagaimana mudahnya proses administrasi di rumah sakit dan murahnya biaya pengobatan dalam Program JKN ini. Saya berharap kedepannya lebih banyak lagi masyarakat Indonesia yang terbantu dengan program ini, khususnya masyarakat yang kurang dan tidak mampu,” tutup Nilam. (***)