MAKASSAR, BACAPESAN.COM – Pasca Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan Daftar Calon Tetap (DCT), Partai Gelora Provinsi Sulawesi Selatan telah mempersiapkan strategi agar kader mereka meraih jatah kursi di daerah pemilihan (Dapil) Sulsel II pada pesta demokrasi 2024 mendatang.
Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Gelora Sulsel, Mudzakkir Ali Jamil mengungkapkan, saat tahapan daftar calon sementara (DCS), pihaknya tidak melakukan perubahan komposisi bakal calon anggota legislatif (bacaleg) yang bersaing di dapil II karena dianggap sudah memenuhi persyaratan dan dinilai sudah kuat untuk bertarung di Pemilu.
“Di dapil Sulsel II, kita tidak melakukan perubahan susunan bacaleg hingga KPU menetapkan DCT. Bahkan mereka sudah bekerja mensosialisasikan diri mereka sebagai calon wakil rakyat di sembilan kabupaten/kota tersebut, secara sinergi berdasar daerah basis mereka masing-masing,” ungkapnya kepada Harian Rakyat Sulsel, Selasa (7/11/2023).
“Jadi sembilan caleg di dapil Sulsel II sudah dipastikan sudah lama memperkenalkan diri ke tengah-tengah masyarakat. Apalagi Partai Gelora ini partai baru. Hampir semuanya pergerakannya masif di lapangan,” sambungnya.
Muda, sapaan akrab Mudzakkir Ali Jamil membeberkan, di dapil Sulsel II tersebut Partai Gelora diperkuat oleh mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kabupaten/kota dan Provinsi.
Seperti, Muhammad Taslim yang pernah duduk di DPRD Sulsel, Muhammad Yusuf Halid di DPRD Kabupaten Pangkep dan Asriady Samad yang pernah di DPRD Makassar sekaligus mantan calon Wakil Wali Kota Parepare 2019.
Para mantan legislator ini, kata Muda, menjadi andalan atau diyakini Partai Gelora bisa mendapatkan satu kursi di dapil Sulsel II.
“Dengan pergerakan pak Tak Taslim Tamang, Yusuf Halid, Asriady Samad, Ihsan Idris, Hadirawati dan lain-lain kami yakin Partai Gelora mampu mengunci satu kursi di Dapil Sulsel II,” katanya.
Apalagi, lanjut Muda, seluruh caleg sudah diminta untuk menggarap daerah-daerah yang bisa mendulang suara, tetapi mereka diperintahkan agar tidak mengganggu suara sesama kader. “Setiap caleg memiliki segmen garapan masing-masing, baik itu teritori maupun kelompok pemilih,” bebernya.
Lebih jauh, Muda mengungkapkan, lolos ambang batas juga menjadi tantangan bagi caleg dan Gelora.
“Kami sebagai partai baru tentu itu tantangan (lolos ambang batas). Tetapi dengan model bekerja dan strategi yang kita terapkan, insyaAllah dengan izin Allah Partai Gelora akan tembus senayan,” tutupnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif PT Indeks Politica Indonesia (IPI), Suwadi Idris Amir menyatakan, Partai Gelora saat ini harus bekerja keras dan mengincar kursi terakhir yang sebelumnya dimiliki PKB. “Partai Gelora harus kerja keras jika ingin meraih kursi terakhir,” katanya.
Namun, kesiapan PKB saat ini jauh lebih baik lagi dibanding Gelora sebagai pendatang baru. “PKB saat ini lebih matang dan tidak segampang itu untuk meraih kursi terakhir,” jelasnya.
Pengamat Politik Universitas Hasanuddin, Andi Ali Armunato mengungkapkan, Gelora memang saat ini telah memiliki politisi senior yang sebelumnya menjadi kader PKS. Namun, segmen yang digarap oleh Geloira beda dengan PKS.
“Gelora lebih memperlihatkan posisi moderatnya, dan mereka tidak menggarap basis PKS, tetapi diprediksi bakal sebagian suara PKS akan memilih Gelora karena mereka tidak lagi diakomodir di kader PKS,” tuturnya.
Namun, Gelora juga harus berjuang bagaimana mereka bisa lolos ambang batas empat persen dan ini menjadi tantangan Gelora sebagai partai pentang baru.
“Marketing dan branding politik itu sangat penting. Ini saya rasa yang masih kurang kencang dilakukan oleh partai Gelora,” bebernya.
Marketing dan Branding politik, sambung Andi Ali, belum banyak diketahui oleh masyarakat. “Ini harus diperbaiki jika tidak maka akan menggangu target Partai Gelora,” tutupnya. (*)