MAKASSAR, BACAPESAN.COM – Isu Wasting atau kondisi berat badan anak yang terus mengalami penurunan serta gizi buruk saat ini menjadi perhatian di dunia kesehatan.
Pasalnya, wasting bahkan menjadi pemicu stunting dan dapat menyebabkan kematian. Saat ini Angka Wasting mengalami lonjakan dan berasa diangka 11 persen, sedang angka stunting berasa di 21,6 persen menjadikan dia permasalahan kesehatan pada anak ini perlu untuk ditangani secara serius.
Kepala Kantor Perwakilan UNICEF Wilayah Sulawesi dan Maluku, Henky Widjaja mengungkapkan sosialisasi Wasting yang di gelar hari ini Rabu (8/11) di Universitas Hasanuddin (Unhas) merupakan upaya untuk mengenalkan isu Wasting kepada calon tenaga kesehatan.
“Hari ini fokus kami di kampus sebagai salah satu program kami mengangkat isu ini. Wasting ini sesuatu yang serius, kami memastikan mahasiswa di kampus familiar dan paham terhadap isu ini sehingga ketika telah lulus dan terjun ke masyarakat sudah bisa memberikan pikiran jelas tentang isu wasting dan stunting. Saat ini kami mobilisasi di kampus-kampus,” jelas Henky.
Henky menjelaskan, Wasting berkaitan dengan kemampuan keluarga memberi anak makanan yang bergizi dan tingg protein hewani.
“Pasca covid 19, terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan kemiskinan bertambah. Penurunan ekonomi ini yang menjadi penyebab banyaknya anak terkena Wasting,” ucapnya.
Ketua Tim Kerja Kesehatan Balita dan Anak Prasekolah Kementerian Kesehatan, RI, dr. Muhammad Yusuf menjelaskan anak terkena wasting bisa di kenali dengan berbagai ciri salah satunya berat badan anak yang tidak naik atau naik tapi tidak sesuai dengan harapan.
“Kunci pertama deteksi dini yakni rutin ke posyandu, kemudian memberi makanan bernutrisi yang kaya protein hewani untuk anak,” pungkasnya.
Sementara, Senior Advisor Executive Office of the President (KSP) Republic of Indonesia, dr Brian Sriprahastuti menjelaskan wasting dan stunting merupakan dua keadaan anak yang saling berkaitan.
“Kalau wasting terjadi ada komponen berat badan yang terjadi secara akut atau tiba tiba, bedanya stunting harus menunggu dan tidak langsung menderita stunting. Nah disni ada periode jendela kesempatan 2 tahun, kalau terjadi wasting selama 2 tahun ini tidak diatasi maka akan mengalami stunting,” jelasnya.
“Wasting bisa bentuknya gizi buruk yang menyebabkan resiko kematian. Kenapa penting krn ada resiko kematian, dan wasting menjadi dasar stunting. Intinya wasting ini terkait asupan zat gizi yang berkurang,” tambahnya.
dr Brian mengungkapkan, kondisi wasting ini bisa saja dipengaruhi ekonomi keluarga yang berada dibawa garis kemiskinan namun tidak menutup kemungkinan bagi yang ekonomi menengah ke atas.
“Yang utama adalah 2 tahun pertama dimana anak harus mengkonsumsi asi, ini yang utama. Resiko paling berat adalah keluarga tidak mampu, ibu dengan pendidikan rendah, serta akses jauh,” pungkasnya
“Ekonomi rendah dan pendidikan rendah harus diberi bantuan BOK, ada juga bantuan pangan sosial untuk memberi pangan yang diberikan kepada keluarga berisiko stunting, ini bagian dari negara hadir disini,” tutupnya. (*)