PAREPARE, BACAPESAN.FAJAR.CO.ID – Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah membuktikan dirinya sebagai langkah maju yang signifikan dalam meningkatkan akses layanan kesehatan masyarakat Indonesia. Sejak tahun 2014, program ini telah menjadi pegangan masyarakat dalam hal jaminan kesehatan.
Berbagai respon positif peserta yang telah merasakan manfaat langsung dari program yang dikelola oleh BPJS Kesehatan ini. Hal ini juga menjadi menjadi bukti nyata bahwa JKN tidak hanya menyediakan perlindungan kesehatan tetapi juga memberikan dampak positif pada kualitas hidup dan perlindungan finansial peserta.
Hasnawati (52), salah satu masyarakat yang telah merasakan manfaat yang sangat besar selama menjadi peserta JKN. Terdaftar pada segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU), ia rutin membayarkan iurannya karena sadar akan pentingnya memiliki jaminan kesehatan. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, ia mengaku memanfaatkan kepesertaan JKN untuk berobat ke fasilitas kesehatan.
Ditemui Tim Jamkesnews, Hasnawati tengah menjalani rawat inap di Klinik Aisyiyah St. Khadijah Parepare karena penyakit lambung, Kamis (23/11). Awalnya ia merasakan lemas dan asam lambung naik yang mengakibatkan sakit kepala yang tidak tertahankan hingga harus dilarikan ke klinik.
“Saya sudah berkali-kali dirawat ini karena penyakit lambung ini, kalau dihitung-hitung sepertinya sudah delapan kali. Saya pernah dirawat selama empat hari, jika kondisi belum benar-benar pulih, kadang saya dirawat sampai lima hari. Selama dirawat di sini, pelayanan yang saya dapatkan sangat baik dan sangat memuaskan,” ungkapnya.
Hasnawati juga pernah menjalani operasi sebayak tiga kali, di tiga rumah sakit yang berbeda. Yang pertama ia menjalani operasi pengangkatan miom, kemudian pengangkatan benjolan pada punggungnya dan terakhir kali ia kembali menjalani pengangkatan benjolan di lengan kanannya.
“Saya sangat bersyukur, dengan banyaknya pelayanan yang sudah saya dapatkan, tidak ada sepeser pun biaya yang harus saya keluarkan. Program ini sangat membantu, seandainya tidak ada BPJS Kesehatan, saya tidak tahu lagi bagaimana harus membayar seluruh biaya pelayanan yang sudah saya dapatkan,” puji Hasnawati.
Hingga saat ini, Hasnawati tetap rutin menjalani rawat jalan karena ia juga didiagnosa penyakit diabetes militus yang sudah berdampak ke ginjalnya. Ia kembali mengacungi jempol jaminan layanan yang disuguhkan oleh BPJS Kesehatan, dengan berbagai layanan yang telah ia rasakan, menurutnya tidak sebanding dengan iuran yang telah ia bayarkan.
“Sebelum mendaftarkan diri sebagai peserta JKN, saya niatnya hanya untuk berjaga-jaga karena yang namanya penyakit tidak tahu kapan akan menyerang. Ternyata usaha saya tidak sia-sia, sekarang sudah bisa memanfaatkan kepesertaan JKN saya ini untuk berobat. Apa lagi iuran yang sudah dibayarkan belum ada apa-apanya jika dibandingkan besarnya biaya pelayanan kesehatan yang sudah saya dapatkan,” tambahnya.
Ia juga mengapresiasi pemanfaatan aplikasi Mobile JKN yang saat ini gencar disosialisasikan oleh BPJS Kesehatan. Berkat fitur antrean online yang ada di dalamnya, Hasnawati tidak perlu lagi merasakan antre yang panjang.
“Saya masih ingat masa-masa sebelum ada sistem antrean online ini, saya pernah keluar rumah pukul lima dini hari hanya untuk mengambil nomor antrean. Kini tidak ada lagi yang namanya antre berlama-lama untuk diperiksa oleh dokter, cukup mengambil nomor antrean dari rumah melalui gawai,” terang Hasnawati.
Hasnawati menyampaikan jika petugas administrasi di Klinik Aisyiyah St. Khadijah sangat aktif menginformasikan hingga memandu pasien maupun keluarga pasien yang datang untuk mengunduh aplikasi Mobile JKN.
Ia berharap, BPJS Kesehatan dapat terus berlanjut mengelola program JKN karena sangat memberikan maanfaat besar kepada masyarakat, khusunya bagi yang sakit.
“Semoga BPJS Kesehatan terus ada dan semua pegawainya selalu sehat agar dapat terus memberikan pelayanan yang terbaik kepada pesertanya,” tutup Hasnawati. (***)