“Strategi branding lewat joget juga berpotensi menjadi senjata makan tuan. Ketika orang-orang di sekitar Prabowo terus mengarahkan Prabowo untuk berjoget, itu berarti mereka bukan melatih Prabowo untuk memulihkan executive functioning-nya, melainkan justru mempertumpul kapasitas kognitif Prabowo,” lanjutnya.
Namun, lanjut Reza, Prabowo bukanlah yang pertama melakukan joget seperti ini. Presiden Amerika Serikat ke-45 Donald Trump pada 2019 pernah berjoget setelah dinyatakan lolos dari Covid-19.
Perdana Menteri Rusia era 90 Boris Yetsin melakukan hal serupa pada tahun 1996.
“Jadi, kedua tokoh tadi berjoget dalam rangka meyakinkan publik bahwa mereka sehat. Dan karena sehat, target Trump dan Yeltsin, masyarakat tidak ragu akan kesanggupan mereka memimpin Amerika Serikat dan Rusia,” kata Reza.
“Tapi Trump dan Yeltsin bergoyang asyik cuma di saat berada di panggung dan ketika musik mengalun. Pun hanya satu dua kali. Mereka tidak menjadikan joget sebagai strategi branding yang dipertontonkan terus menerus,” tambahnya. (fajar online)