MAKASSAR, BACAPESAN.COM – Sejumlah guru besar dan dosen Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar turut menyampaikan keprihatinan atas perkembangan demokrasi di Indonesia menjelang Pemilu 2024.
Mereka mengingatkan kepada Presiden Joko Widodo dan semua pejabat negara agar mengedepankan nilai-nilai kerakyatan dan keadilan sosial serta rasa nyaman dalam berdemokrasi.
Menanggapi petisi yang disampaikan oleh beberapa Guru besar Unhas dan Dosen di kampus tersebut. Rektor Unhas Prof. Dr. Jamaluddin Jompa mengeluarkan Maklumat Rektor Nomor: 05426/UN4.1./HK.05/2024. Itu disampaikan menanggapi pernyataan sikap akademisi Unhas yang duluan beredar.
Dari 6 poin di edaran maklumat Rektor Unhas. Salah satu adalah menegaskan adanya flyer yang mengatasnamakan Guru Besar dan Dosen Unhas untuk mengajak menyampaikan keprihatinan Menyelamatkan Demokrasi, tidak mewakili Unhas sebagai institusi. Demikian maklumat Rektor Unhas.
Menanggapi hal ini, mantan Ketua BEM Unhas dr. Imam Mobilinggo, S.ked menyampaikan menyoroti terhadap surat edaran maklumat Rektor Unhas Prof. JJ.
“Ketika kita mencoba melihat kembali kebelakang bagaimana Universitas Hasanuddin sebagai kampus perjuangan yang berjuang dalam mewujudkan reformasi,” ujarnya, Jumat (2/2/2024) petang.
Menurut Ketua Ketua BEM Unhas periode 2021-2022 itu. Kampus yang selalu menjadi kompas moral yang setia pada rakyat. Kini unhas tidak lebih dari sebuah intitusi saja.
“Diam ketika melihat penindasan, menghindar ketika diminta untuk berjuang dan tidak jarang melakukan kekerasan akademik terhadap mereka yang berbeda pendapat,” jelasnya.
Ia melanjutkan, momen pemilu 2024 sangat menganggu suasana kebatinan kami sebagai Alumni dan Civitas Akademika Universitas Hasanuddin. Maka dengan secara organik para Guru besar dan Civitas akademika menyuarakan untuk meminta presiden agar menghargai proses demokrasi dan tidak ikut cawe-cawe didalamnya.
“Maka disaat yang bersamaan Rektor Unhas yang mengeluarkan maklumat dan menyetakan bahwa gerakan itu tidak sama skali mewakili Unhas,” tegasnya, menyayangkan maklumat pihak Universitas kampus merah itu.
“Saya sebagai Alumni dan Demisioner Ketua BEM Universitas menyayangkan sikap rektor Unhas yang cenderung tidak mengaminkan perjuangan demokrasi dan meminta Rektor Unhas untuk meminta maaf kepada alumni dan seluruh civitas akademika Unhas,” tambah dia.
Ia mengutip dari pernyataan Prof. Dr. Irawan Yusuf, PhD, seharusnya Unhas berterima kasih karena masih ada Guru Besar dan Dosen yang mau menyuarakan hati nurani mereka.
“Saya yakin, diluar unhas banyak yang menghargai dibandingkan dari dalam unhas sendiri. Saya mendapat banyak ucapan baik dari teman-teman di UGM, UI dan Perguruan tinggi yang lain,” demikian kuipan penuh kesal.
“Maka dari itu saya meminta Rektor Universitas harus minta maaf kepada seluruh Alumni dan Civitas Akademika Unhas atas sikap yang tidak menjunjung tinggi demokrasi,” lanjut dia. (*)