MAKASSAR, BACAPESAN.COM — Koalisi Indonesia Maju (KIM) mulai melakukan lobi-logi politik. Ada potensi celah sentimen negatif pada pasangan Prabowo-Gibran.
Meski berpeluang menang satu putaran, sentimen negatif pencalonan Gibran berdasarkan putusan Mahkamah Konsitusi (MK) tentang batas usia capres dan cawapres masih kontroversial. Sentimen negatif lainnya dugaan kecurangan pemilu melalui intervensi kekuasaan.
Paling penting adalah merangkul PDIP ke dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM). Kuncinya ada pada Megawati, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto harus berusaha mendekati Ketua Umum PDI Perjuangan tersebut.
Partai berlambang banteng moncong putih tersebut melempar sinyal akan menjadi oposisi. Itu diperkuat dari retaknya hubungan Jokowi dengan PDIP.
Bahkan Sekjend PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan PDIP siap berada di luar struktur pemerintah. Berkaca dari Pemilu 2004 dan 2009, PDIP berhasil menunjukan kualitas di luar struktur pemerintah dengan baik.
“Indonesia ini tidak dikenal oposisi, tapi di luar struktur pemerintah,” ujarnya, kemarin.
Belajar dari periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi, tidak baik bila menyandarkan kekuatan hanya pada satu sosok.
“Kondisi itu justru berpotensi membuat penguasa haus kekuasaan hingga memanipulasi hukum,” tegasnya.
“PDIP akan berjuang di DPR. Melalui jalur parlemen,” sambungnya.
Sementara Hubungan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri dengan Presiden Joko Widodo tidak harmonis.
Jokowi dianggap semakin membelot dari partai karena Gibran mencalonkan diri sebagai wakil dari Prabowo.
Beberapa kali acara Istana tidak dihadiri Megawati. Misalnya saja saat pelantikan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto pada November lalu.
Jokowi pun menunjukkan hal serupa. Saat ulang tahun ke-51 PDI Perjuangan pada 10 Januari lalu, dia absen dengan dalih ada kunjungan ke luar negeri.
Namun ketika pemilu akan berakhir, kabar burung rujuknya Mega dan Jokowi santer. Nama Sultan Jogjakarta yang sekaligus Gubernur DI Jogjakarta disebut akan menjadi penjembatan agar keduanya bertemu. Jokowi pun tak menampik adanya kemungkinan pertemuan itu.
“Namanya silaturahmi dengan semua tokoh-tokoh bangsa itu sangat baik. Untuk negara ini sangat baik,” tutur Presiden Jokowi. (fajar online)