Devi menyebut, dari kasus penganiayaan itu sudah ada lima saksi yang diperiksa. Namun demikian, pihaknya masih terus mendalami kasus tersebut.
Diungkapkan Devi, motif penganiayaan senior terhadap junior di salah satu pesantren di Makassar karena ketersinggungan.
“Pelaku merasa tersinggung, korban saat itu mengetok-ngetok kaca jendela perpustakaan, di mana pelaku sedang ada di situ,” tutur Devi kepada awak media.
Lanjut Devi, pelaku yang sempat menanyakan maksud korban mengetok-ngetok kaca merasa tersinggung, kemudian melakukan penganiayaan.
“Ditanya kenapa kamu ketok-ketok? Korban hanya senyum lalu dipukul. Melalukan penganiayaan, seperti menyikut, kemudian dengan lutut, dan memukul di belakang telinga,” lanjutnya.
Devi kemudian meluruskan informasi yang beredar sebelumnya, dia menyebut, kejadiannya pada 15 Februari lalu sekitar pukul 10.00 wita pagi.
Dijelaskan Devi, antara pelaku dan korban sama-sama di bawah umur. Pelaku berumur 15 tahun, kelas 3 SMP, sementara korban sendiri kelas 2 SMP, umur 14 tahun.
“Jadi adik kelasnya. Beda satu tingkat,” cetusnya.
Devi bilang, berdasarkan keterangan dari dokter yang dia dapatkan, korban mengalami luka pecah di bagian belakang kepala.
“Dari keterangan dokter ada luka pecah di bagian belakang kepala. Itu mungkin diperkirakan rusak di otak kecil yang menyebabkan gagal napas,” tandasnya. (fajar online)