MAKASSAR, BACAPESAN.COM – PT PLN (Persero) berkomitmen mempercepat transisi energi Indonesia dengan meningkatkan kapasitas pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT).
General Manager PLN Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar), Moch. Andy Adchaminoerdin dalam acara Hasanuddin Techno Fest #8 bertajuk “Renewable Energy for National Prosperity” menjelaskan, potensi besar EBT.
Menurut Andy yang saat ini tengah digarap PLN adalah pembangkit listrik berbasis panas bumi (geothermal), angin (bayu), surya dan air (hydro) yang punya potensi besar untuk menggantikan pembangkit berbasis batu bara khususnya di provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat.
Andy menambahkan, pemerintah telah berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen di tahun 2030 dan mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Hal tersebut telah terimplementasi dalam program transformasi PLN dimana aspirasi Green menjadi semangat untuk menghadirkan energi ramah lingkungan.
“Dalam hal ini sumber daya EBT Indonesia yang melimpah perlu segera dimaksimalkan pemanfaatannya untuk pengadaan energi bersih. PLN telah bertransformasi untuk tidak hanya menjalankan bussines as usual agar dapat membantu menekan emisi gas karbon sehingga tercapai target NZE tahun 2060,” ujar Andy.
Andy menambahkan, selain melalui program transformasi yang sudah dicanangkan, PLN juga menginisiasi delapan program untuk percepatan transisi energi diantaranya, early retirement Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), implementasi co-firing dan pengembangan biomassa, co-firing hidrogen dan amonia, penerapan teknologi CCUS (Carbon Capture Utilized and Storage), membangun lebih banyak pembangkit EBT, roll out smart grid, layanan sertifikasi Renewable Energy Certificate (REC), serta pengembangan ekosistem Electric Vehicle.
Andy mencatat, bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) di Sistem Kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) adalah sebesar 45,78 persen, jauh di atas dari rata-rata target nasional di tahun 2025 yaitu 23 persen.