“Sesuai dengan pola gerak tari, beberapa instrumen yang diambil itu memadukan alat musik modern dan tradisional Makassar, seperti pui-pui, gong, suling, bedug, dan lainnya. Kemudian dipadukan dengan musik elektronik dan beberapa sound effect demi membangun suasana menegangkan serta ketukan gerak Tari Balira ini”, tambahnya
Efektivitas kerja sama yang diperlihatkan dari garapan tari ini tentu tidak terlepas pada manajemen produksi yang berbasis pada kearifan lokal. Semuanya masih berlandaskan pada kegotong-royongan. Beberapa departemen terlihat masih terbuka untuk mengerjakan kebutuhan departemen lain yang dirasa masih butuh bantuan.
“Kami saling terbuka dan menutupi kekurangan-kekurangan di lapangan, sehingga kebersamaan yang tumbuh dalam produksi tari ini ialah spirit gotong royong, hampir tiap kali kami produksi selalu menggunakan tim yang kurang namun bisa selesai dengan kebahagiaan”, ungkap Amin D.B.
Firman Lalla tim pemusik Tari Kolosal berharap tim pemusik Tari Kolosal ini, dapat mengisi dan menghidupkan ruang-ruang kreatifitas teman-teman khususnya di lingkungan Takalar.
“Kami berharap ke depan tidak menghentikan gerak kita dalam menggali kebudayaan setempat untuk dijadikan sebuah karya dalam ragam media seni. Takalar masih punya banyak artefak budaya yang sayang jika tidak kita telusuri kembali dalam rangka melestarikan pengetahuannya.” ungkapnya. (Hikma)