“Prosedur sebenarnya bisa di tilang langsung, namun ada kebijakan yang dihadirkan pada prosedurnya yang melawan arah, yang tidak pakai helm misalnya selain aksi ambil helm, biasa juga disuruh menyanyi lagu kebangsaan, atau pus up.,” sambungnya Mahir.
Lebih jauh, setelah kontennya viral, Bripka Mahir dg Rani mendapat banyak dukungan bahkan disusul endors dari berbagai brand.
“Program satlantas setelah viral, mereka mendukung aksi saya bagaimana agar masyarakat tertib berlalulintas. Diharapkan dari aksi saya di sosmed di lihat dan ada perubahan,” katanya.
Menurut Bripka Mahir dg Rani, para pelanggar di dominasi anak remaja yang berlokasi di pinggir tol,” Dengan viralnya saya di sosmed masyarakat sekarang tidak sungkan lagi menyampaikan pelanggaran dan tempat rawan pelanggaran. Perbedaan setelah viral sebelumnya takut namun sekarang sudah bisa diajak bercanda, nyamperin saya,” ungkapnya.
Tantangan yang kerap dihadapinya juga beraneka ragam. Salah satunya menghentikan pengendara perempuan, “Mereka kadang bingung mana gas, mana rem jadi biasa berbenturan. Biasanya setelah viral videonya minta di tagdown dan bilang orang tuanya malu di kampung,” bebernya. Setelah viral Polisi Lalulintas dari direktur hinga Kapolrestabes Kasatlantas merespon dan memperbanyak petugas yang mengarahkan pelanggar,” tambahnya.
Bripka Mahir dg Rani menilai, masyarakat saat ini rindu orang yang menampung keluh kesah misal membahas pelanggaran jalan.
Dirinya juga membagikan pengalaman terkait pelanggan lalulintas yang marak terjadi. “Yang paling meresahkan dan sumber kecelakaan besar adalah melawan arus. Yang saya liat dan pelajari adalah satu faktor malas. Misal di CPI yang harus mutar tapi melanggar, padahal tinggal tarik gas,” bebernya.