Waspada Dampak Pernikahan Dini

  • Bagikan
Ilustrasi

Di Sulsel, kerja sama mereka telah membuat program Berani (Better Kecuali and Reproductive Health and Right for All Indonesia). Program ini sudah berlangsung dua jilid.

Pada jilid perdana, tahun 2018-2022 menjadikan Kabupaten Bone sebagai lokasi percontohan, kemudian bergulir ke Wajo dan Luwu Utara.

Sedangkan Berani II baru saja dilaunching di Remcy Hotel Makassar, Selasa, 21 Mei, dengan Wajo dan Bone sebagai daerah percontohan/sampel.

Berani II bertujuan meningkatkan pemahaman pemangku kepentingan tentang Berani, dan komitmen bersama pencegahan pernikahan anak, dan mitigasi potensi dan pencegahan perkawinan anak di Sulsel.

Kepala Kantor Perwakilan Unicef Sulawesi dan Maluku, Henky Widjaja mengatakan, pernikahan dini (anak) menjadi akar utama masalah kemiskinan, hak perempuan dan anak, peningkatan jumlah anak putus sekolah, peningkatan anak stunting, hingga menyebabkan masalah administrasi dan kependudukan. Juga pemenuhan hak kewarganegaraan, seperti akses pendidikan dan kesehatan yang sudah diamanatkan oleh UU, terhambat karena adanya pernikahan dini.

“Ada tiga pendekatan. Ketiga, memperkuat sistem layanan di pengadilan agama, jadi proses dispensasi dan sebagainya dilakukan dengan sangat ketat,” ujar Henky.

Program Berani II ini, diharapkan dampak penurunan pernikahan dini bisa kembali terjadi seperti penurunan angka pada 2022 ke 2023.

  • Bagikan