Begitu pun dengan upaya Pemkot Makassar menuju low carbon city atau kota rendah karbon.
Makassar sendiri telah menjalankan program resilient dan low carbon city untuk menangani dampak perubahan iklim.
Cita-cita kota rendah karbon ini, ujar Danny, harus berawal dari lorong-lorong juga.
“Persoalan emisi karbon ini intinya ialah perilaku manusia. Semua ini terjadi (emisi karbon) karena perilaku manusia,” ucapnya.
Olehnya itu yang harus dirubah. Makanya di Makassar, di lorong-lorong dibuat menjadi lorong wisata. Di dalamnya ada Public Engagement dan Protokol Sentuh Hati.
Dengan berkembangnya sirkulasi ekonomi, membuat masyarakat berdaya dan mandiri serta menjadikan lingkungan hijau sehingga membantu menurunkan emisi karbon di udara.
Danny menambahkan pengalaman-pengalaman kota-kota di dunia ini penting sebagai bahan belajar kota-kota lain yang menghadapi isu serupa.
“Olehnya WCS menjadi ajang internasional yang sangat penting bagi kota,” harapnya. (Shasa)