JAKARTA, BACAPESAN.COM – Pemerintah menegaskan komitmennya untuk terus memantau harga pangan meskipun saat ini berada dalam kondisi melandai.
Langkah ini diambil guna menjaga inflasi tetap terkendali, terutama menghadapi tantangan cuaca ekstrem ke depan.
“Meskipun harga sudah mulai melandai, pemerintah terus konsisten dalam mengantisipasi risiko gejolak harga ke depan, terutama karena tantangan cuaca ekstrem,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu di Jakarta, Senin, dikutip dari ANTARA.
Inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) pada Mei 2024 mengalami penurunan signifikan dibandingkan April 2024, yaitu menjadi 8,14 persen dari sebelumnya 9,63 persen. Febrio menyebut penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai kebijakan stabilisasi pangan serta aktivitas panen yang berlangsung.
“Berbagai kebijakan terus dilaksanakan, antara lain intervensi harga, stabilisasi pasokan, dan meningkatkan kelancaran distribusi guna mendukung pencapaian target inflasi volatile food di bawah 5 persen serta terkendalinya inflasi hingga di tingkat daerah,” jelas Febrio.
Secara keseluruhan, inflasi pada Mei 2024 tercatat sebesar 2,84 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), melandai dari inflasi April 2024 yang sebesar 3,0 persen (yoy).
Secara bulanan, pada Mei 2024 tercatat deflasi sebesar 0,03 persen (month-to-month/mtm), didorong oleh melandainya harga pangan serta tarif transportasi seiring normalisasi permintaan pasca Idul Fitri 2024.
Inflasi inti pada Mei 2024 meningkat mencapai 1,93 persen (yoy), naik dari bulan sebelumnya yang tercatat 1,82 persen (yoy), menunjukkan daya beli masyarakat yang masih terjaga. Sementara itu, inflasi harga diatur pemerintah (administered price) cenderung stabil.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyatakan deflasi bulan Mei 2024 sebesar 0,03 persen menjadi yang pertama sejak Agustus 2023. Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami penurunan dari 106,40 pada April 2024 menjadi 106,37 pada Mei 2024.
Amalia menjelaskan bahwa beras memberikan andil terbesar terhadap deflasi bulanan sebesar 0,15 persen. “
Pada Mei 2024, beras kembali mengalami deflasi sebesar 3,59 persen, dan memberikan andil deflasi sebesar 0,15 persen,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Meskipun produksi beras mulai menurun, deflasi beras kembali terjadi karena ketersediaan stok yang masih memadai. (fajar online)