PAREPARE, BACAPESAN.COM – Doa dan dukungan terus mengalir kepada Taqyuddin Djabbar (TQ) untuk maju sebagai Calon Wali Kota Parepare. Salah satunya, pengurus Pondok Pesantren (Ponpes) Hidayatullah se-Sulawesi Selatan (Sulsel) dengan mendoakan TQ sebagai Wali Kota Parepare.
Hal itu, terungkap saat TQ
didaulat menjadi pembicara melalui
musyawarah khusus terkait konsolidasi jati diri, oraganisasi, dan wawasan, menuju standardisasi, sentralisasi dan integritas sistemik, di Ponpes Hidayatullah, Jalan Sakinah, Kelurahan Bumi Harapan, Kecamatan Bacukiki Barat, Kota Parepare, Minggu, 23 Juni 2024.
Dalam kesempatan tersebut, TQ dan Ponepes akan membuat perjanjian kerja sama dengan Ponpes Hidayatullah. Hadir pada kegiatan itu, Ketua Yayasan Hidayatullah Parepare Abd Jabbar, Ketua Badan Pembina Pesantren Hidayatullah Parepare Dr Tasmin Latif. Lalu hadir pula berbagai peserta dari, Parepare, Palopo, Masamba, Sorowako dan Bone.
TQ memaparkan terkait potensi pengembangan Parepare. Sebab kata dia, Parepare merupakan salah satu kota tertua di Sulsel, sehingga Parepare memiliki peran strategis dalam perekonomian regional maupun nasional.
“Jangan melihat secara geografisnya bahwa jumlah penduduk kita di sini (Parepare) hanya sekitar 130 ribu. Jangan pula dilihat bawah luas wilayah Parepare ini hanya 99,33 kilometer persegi. Tetapi kita melihat bagaimana peran Parepare dalam memberikan kontribusi terhadap ekonomi Sulsel, bahkan nasional,” katanya.
TQ juga menyinggung tentang pentingnya peran Parepare dalam mendukung pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Menurutnya, jika IKN berjalan sesuai rencana, seluruh pihak, termasuk Pemerintah Kota Parepare, harus berkontribusi dalam pengembangan ekonomi, terutama di sektor pariwisata.
“Saya kira, kalau IKN bisa berjalan baik, tentu kita harus memikirkan, bagaimana kontribusi Sulawesi Selatan, utamanya Parepare dalam membangun ekonomi di IKN,” ucapanya.
Selain itu, TQ menggarisbawahi pertumbuhan ekonomi di Parepare tinggi, hampir menyamai kota-kota besar lainnya di Indonesia.
“Kalau ada daerah statusnya kota, dia memiliki letak strategis. Tapi dia tidak mengandalkan keunggulan komparatifnya secara natural, alam. Maka dia, pasti pertumbuhan ekonominya tinggi. Parepare ini kota yang memiliki letak strategis yang baik, tidak bertumpuh pada hasil pertanian, sehingga menjadi tempat untuk orang berlalu-lalang. Inilah menyebabkan Parepare pertumbuhan ekonominya tinggi,” ucapnya.
Meski demikian, TQ mengingatka, jika pertumbuhan ekonominya tinggi dan tidak dibackup dengan sumber daya alam (SDA) pasti akan terjadi inflasi besar-besaran.
“Di Parepare begitu, kita bukan daerah pertanian, tambang, bukan perternakan. Kita hanya mengandalkan UMKM. Itulah mengapa inflasi tinggi. Teori inflasi itu adalah, jumlah arus uang lebih banyak daripada arus barang,” jelasnya.
Karena itu, dia menjelaskan, mestinya jika pertumbuhan ekonomi tinggi dengan harga barang yang naik, tidak masalah. “Tetapi kenapa orang Parepare banyak, tidak bisa menyelesaikan persoalan-persoalan kebutuhannya. Itu karena, disebabkan angka ketimpangan yang tinggi, angka pemerataan yang tidak bagus. Ini persoalannya, ada pada tata kelola pemerintahan,” ucapnya.
Selain itu, TQ juga memaparkan bisnis dalam islam. Menurutnya, bagaimana visi-misi itu bisa berkembang, apa modal utama agar bisa berbisnis adalah kepercayaan, skill dan modal.
“Olehnya itu, salah satu yang menjadi motivasi bagi saya, bagaimana membangun ekonomi Parepare ini, dengan tujuan rida keridhaan Allah SWT,” jelasnya.
TQ menambahkan, Parepare adalah kota transit dan destinasi. Apalagi, Parepare menjadi buah bibir. “Pertama adalah, kita diapit oleh banyak komponen. Di sebelah utara kita berbatasan dengan Pinrang, di sebelah kita berbatasan dengan Barru, di timur kita berbatasan dengan Sidrap, di sebelah barat Parepare berbatasan dengan selat Makassar,” kata TQ.
Dia pun menyampaikan, untuk membangun ekonomi Parepare harus mengedepankan ekonomi kelautan.
Apalagi, Parepare memiliki laut dalam, sehingga berbagai ukuran kapal bisa berlabuh di Parepare. “Inilah sekaligus potensi. Kita memiliki letak strategis, sebagai kota satelit, atau kota penyangga, bisa ambil pangan dari Sidrap, Polman dan Barru. Apalagi, Parepare menuju ke IKN hanya butuh 16 jam. Berbanding dengan Surabaya, kalau produknya dari Surabaya itu butuh dua hari untuk sampai ke IKN,” jelas TQ. (*)