Lebih Tinggi dari Rata-Rata Nasional dan Sulsel, Inflasi di Parepare Mencapai 2,64 Persen

  • Bagikan

PAREPARE, BACAPESAN.COM – Badan Pusat Statsitik (BPS) Kota Parepare merilis data inflasi tahunan atau year on year (y-on-y). Berdasarkan data itu, inflasi di Parepare lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat nasional dan Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).

Data tersebut mengungkapkan inflasi y-on-y di Parepare sebesar 2,64 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,79. Sementara itu, inflasi nasional untuk bulan Juni berada di angka 2,51 persen dan inflasi Sulsel sebesar 2,03 persen.

Kepala BPS Kota Parepare, Suparno Pani, mengatakan jika angka inflasi di Parepare berada di atas rata-rata nasional dan Provinsi Sulsel. Oleh karena itu, ia mengimbau Pemerintah Kota (Pemkot) untuk waspada dan dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas harga demi kesejahteraan masyarakat.

“Pemerintah daerah perlu waspada. Jika tidak, kami memprediksi inflasi di akhir tahun ini bisa mencapai angka 3 persen,” kata Suparno Pani, yang dihubungi Selasa, 2 Juli 2024.

Dia menjelaskan, inflasi y-on-y disebabkan oleh kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya beberapa indeks kelompok pengeluaran. Di antaranya, kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami kenaikan sebesar 4,76 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,72 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,69 persen, serta kelompok kesehatan sebesar 7 persen.

“Selain itu, kelompok transportasi naik sebesar 3,71 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,17 persen, kelompok pendidikan sebesar 0,51 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,89 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 2,93 persen,” jelasnya.

Dia juga menyoroti bahwa kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi 4,76 persen berperan signifikan terhadap inflasi y-on-y. Komoditas dengan andil tertinggi adalah beras sebesar 0,76 persen, ikan cakalang/ikan sisik sebesar 0,19 persen, udang basah sebesar 0,14 persen, dan cabai rawit sebesar 0,13 persen.

“Beras menjadi penyumbang inflasi tertinggi karena sempat terjadi penurunan pada beras SPHP, tetapi harga beras lokal naik sehingga memicu kenaikan harga di pasar,” ungkap Suparno.

Ia menambahkan bahwa Parepare bukan merupakan daerah produsen komoditas. Oleh karena itu, gejolak harga bahan pangan sangat terasa di kota ini.

“Parepare bukan daerah produsen. Ketika terjadi kenaikan harga, dampaknya cepat terasa. Pemerintah kota harus pandai melihat situasi untuk mengendalikan harga,” tandasnya.(*)

  • Bagikan

Exit mobile version