“Tiga sektor utama yang menjadi ujung tombak ekonomi Subar yakni pertanian, ternak dan ikan akan kita gerakkan dengan gunakan APBD provinsi, Kabupaten dan desa serta potensi pariwisata kita galakkan keunggulan kompetitif skala nasional,” ujarnya.
Salah satu, contohnya menjadikan Sulbar penghasil pisang dan sukun terbesar selain yang sudah ada durian, kopi, coklat, sawit dan komoditas lainnya.
“Pemkab harus temukan keunggulannya misalnya Kabupaten Mamasa saya sudah minta menjadi penghasil tanaman hias bunga anggrek terbesar nasional yang bisa di ekspor, caranya saya minta setiap warga Mamasa harus punya ribuan bahkan jutaan tanaman anggrek di sekitar rumahnya,” paparnya.
Jika kuantiti cukup, maka pembeli tetap mudah diundang. Jadi kuncinya apapun yang ditanam harus jumlah besar sehingga bisa menjadi skala industri. Contoh kenapa sawit Sulbar hebat karena jumlahnya besar. Komoditi lain mulai juga akan dipimpin gerakkan budidayanya.
“Satu tahun kedepan hasilnya keliatan. Jangan-jangan pertumbuhan Sulbar tahun berikutnya tumbuh jadi 8 persen lebih itu keren banget. Dalam 5 tahun kedepan pertumbuhan harus 8 – 10 persen baru bisa kejar ketinggalan Sulbar dengan daerah lainnya di Indonesia yang sudah maju,” ucapnya.
Selain itu, kunci mudah infrastruktur pelabuhan kontainer dan bandara udara tiap hari harus didukung oleh pemerintah pusat. Masyarakat dan pemda Sulbar telah berjuang menaikkan pertumbuhan.
“Kami mohon bantuan pusat bangun infrastruktur dasar Sulbar pelabuhan. Bandara, jalan, jembatan, bendungan dan waduk.Termasuk menjadikan Balabalakang sebagai halaman depan Sulbar sebagai pusat industri ekonomi perikanan kelautan terdekat IKN yang memiliki potensi wisata pulau indah. Kami sudah usulkan pulau Balabalakang sebagai rest area tempat persinggahan kapal-kapal yang melintas di ALKI 2 depan IKN antara pulau Kalimantan dan Sulawesi,” tandasnya. (Sudirman)