Meski saat itu ia akhirnya tahu, ibunya harus pontang panting meminjam uang ke tetangga karena hasil buminya tidak cukup untuk membayar iuran semester kuliahnya.
“Pernah ibu pinjam uang Rp 200 ribu ke tetangga untuk kuliah saya. Setelah beberapa tahun kemudian, anaknya tetangga yang pernah pinjami ibu uang terlilit utang senilai mobil. Datang ke saya minta tolong, langsung saya lunasi semua utangnya,” kisahnya.
Amran juga sempat bekerja sebagai buruh pabrik gula di PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XIV. Honornya Rp150 ribu per bulan.
Hanya tiga tahun ia bertahan. Bukan karena honornya yang kecil, idealismenya akan kejujuran membuatnya tak kerasan.
Amran kini kembali menakhodai Kementerian Pertanian untuk kedua kalinya di pemerintahan Presiden Joko Widodo.
“36 tahun saya rasakan kemiskinan, amat sangat miskin. Tapi saya punya mimpi besar dan saya bertekad menggapainya. Walaupun sampai harus memeras keringat dan air mata,” ungkapnya.
Bagi Amran, sebaik-baiknya manusia adalah yang memberi manfaat kepada makhluk Tuhan lainnya. (*)