MAKASSAR, BACAPESAN.COM – Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar menepis adanya dugaan terafiliasi dengan Israel.
Dugaan tersebut lantaran pertemuan dan keikut sertakan pihak UMI Makassar pada kegiatan internasional Leimena Institute.
Rektor UMI Makassar, Prof Sufirman Rahman menegakkan kehadiran pihak UMI semata-mata menghadiri undangan dari Leimena Institute.
“UMI dalam beberapa hari terakhir terganggu dengan pemberitaan seolah-olah kegiatan yang dihadiri dan diikuti pimpinan UMI dan disponsori oleh Limena Institute mengisyaratkan UMI terafiliasi dengan Israel,” tegasnya.
Prof Sufirman menjelaskan kegiatan tersebut bekerja sama dengan Kementrian Luar Negeri dan Kemenkumham. “Dan ada Fahri Salim yang mengatakan seolah-olah semua lembaga dan organisasi sweta ormas yang mengikuti kegiatan Literasi Moderasi Beragama tersebut memiliki daftar nama orang yang pro Israel,” pungkasnya.
Dirinya melanjutkan, “Keikutsertaan UMI Makassar semata-mata hanya pada kegiatan sosial pendidikan dan keagamaan. Tidak lebih dari itu. Bahwa menyebutkan nama UMI Makassar dalam list itu tidak beralasan karena UMI sendiri dalam kiprahnya selama beberapa waktu ketika berkecamuk perang di Gaza disebabkan penyerangan Israel dalam misi genosida membabi-buta, UMI memberikan dukungan secara moral dan materil, berupa donasi yang signifikan dan berbagai kegiatan menunjukan gerakan moral mendukung Palestina,” jelasnya.
“Jika UMI dikaitkan, sangat tidak benar. Olehnya. Berkaitan dengan ini UMI meminta kesediaan yayasan untuk memberikan pernyataan atau statement,” tambahnya.
Ke depan Prof Sufirman akan lebih tegas dan selektif untuk memilih kegiatan yang ingin diikuti.
“Kita akan selektif betul. Ke depan jangan sampai memang kita dimanfaatkan atau dalam situasi mau di jebak. Sehingga harus selektif, kami banyak menerima undangan kegiatan bernuansa pendidikan sosial dan agama,” ujarnya.
Ketua Yayasan Pembinaan UMI, Prof Mansyur Ramly mengatakan UMI sejak berdiri sebagai kampus menjunjung tinggi nilai Islam dan selalu berkiprah pada konsepsi seperti itu dan mengimplementasikan kegiatan muamalah. UMI juga berdasarkan pada persaudaraan sehingga hal ini m menjadi alasan kehadiran UMI di forum tersebut.
“Dalam implementasinya, UMI melakukan berbagai upaya dalam bentuk muamalah terbuka, siapapun mengajak kita baik pendidikan, budaya, sosial, kita bisa hadir dan tetap menjaga akidah,”
“Kita juga sering di undang berbagai pihak. UMI pernah mewakili majelis ulama Indonesia di Iran dalam kegiatan konferensi pada tahun 2017. Kita hadir juga, namun kita bukan syiah, jangan dikira jika kunjungan ke Cina masuk Konghucu. UMI terbuka dalam bentuk dakwah dan budaya sosial,” tambah Prof Mansyur.
Lebih jauh, menurutnya UMI melihat dari segi kemanusiaan apa yang terjadi di Palestina perlu di bantu dan UMI telah memberi perhatian baik doa, dan selalu diselipkan dalam berbagai kegiatan.
“Dari dana zakat UMI diserahkan 2 Miliar di ke duta besar palestina. Kalau ada lembaga yang memihak, itu urusannya dan kami berupaya tidak bergabung. UMI menghindari kemungkinan terbawah arus,” tegasnya.
“Semoga persepsi bahwa UMI terkoneksi Israel tidak semakin luas. Aktivitas kita terbuka dalam akademik, sosial dan segala macam. Kita juga sangat terbuka sebagai bagian dari universitas yang universal. Kuncinya mencegah dan menghindar dan tidak terbawah arus dengan hal yang bertentangan dengan agama kita. Kami jelas komitmen kuat memihak palestina Dan kita akan terus memberi dukungan dan doa,” jelasnya. (Hikma)