Upaya yang dilakukan, di antaranya dengan menjamin penyediaan benih bermutu melalui kegiatan swakelola penyediaan benih.
Inti menyebut kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program tahun lalu.
“Luas lahan varietas Lumbu Putih yang dipanen berasal dari kontrak swakelola tahap kedua seluas 27 hektare. Sekitar 24 hektare lahan sudah dipanen bertahap,” sebutnya.
Dia juga menyampaikan rata-rata produktivitas basah sebesar 14.624 kg per hektare. “Seluruh hasil panen akan dimanfaatkan untuk benih dan akan diserahterimakan pada akhir tahun 2024 kemudian digunakan untuk bantuan benih pada pengembangan kawasan tahun 2025,” papar Inti.
Kesempatan tersebut turut diramaikan dengan kegiatan Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Produsen Benih Bawang Putih. Para petani diberikan pengetahuan terkait teknologi produksi benih bermutu dan penanganan pasca panen calon benih bawang putih termasuk proses dormansi sehingga dapat menghasilkan benih dengan kualitas yang optimal.
Narasumber dari Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB Kusuma Darma menyampaikan potensi pengembangan bawang putih di Sembalun mencapai produksi basah sebesar 14 ton per hektare. Ini merupakan prestasi yang sangat bagus dan masih bisa ditingkatkan lagi.
“Salah satu keuntungan budidaya benih bawang putih di Sembalun yaitu karena lama penyinaran sinar matahari lebih lama dibandingkan daerah lain sehingga hasilnya lebih maksimal,” kata Kusuma.
Beberapa teknologi yang dikembangkan oleh PKHT untuk pemecahan dormansi benih bawang putih, lanjut Kusuma, yaitu dengan teknologi vernalisasi dengan aplikasi suhu dingin 5-8 derajat Celcius selama 2-4 minggu dapat mempercepat munculnya tunas.
“Selain itu juga ada teknologi Finebubble dengan cara memasukkan gelembung nitrogen ke dalam air dan digunakan untuk merendam benih bawang putih sehingga dapat mempercepat munculnya tunas bawang putih,” tambahnya.
Narasumber Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Pascapanen Pertanian Kirana Sanggrami Sasmitaloka menyebutkan salah satu cara untuk meningkatkan mutu benih, yaitu tanaman dipanen sesuai dengan umur panennya.
Hal ini bisa dilihat dari ciri-ciri fisik tanaman tersebut karena masing-masing varietas memiliki umur panen yang berbeda. “Teknologi yang dikembangkan BSIP Pasca Panen, yaitu penanganan pasca panen menggunakan instore dryer untuk mengeringkan dan menyimpan benih. Kegiatan pasca panen harus dilakukan dengan benar agar benih yang dihasilkan berkualitas,” terang Kirana.
Sementara itu, lanjut Kirana, berbagai hal yang dapat menimbulkan kerusakan benih, penyusutan bobot, terjadinya serangan OPT dan tercampurnya benih selama penyimpanan di gudang perlu dilakukan upaya pengendalian. (jpnn)